Beranda > Kajian Kitab, Pengalaman Rohani, Supranatural, Tokoh > Antara Syariat Syekh Siti Jenar & Wali Lainnya

Antara Syariat Syekh Siti Jenar & Wali Lainnya

Terinspirasi oleh Tulisan Danalingga yang menarik tentang masalah Syahadat Siti Jenar yang dikaitkan dengan merebaknya aliran sesat. Tulisan ini sequel dari tulisan sebelumnya.

MENUJU Tuhan rupanya menjadi hal yang terus menerus diupayakan para hamba pencinta. Dalam ajaran agama, banyak cara dan jalan yang ditempuh oleh para ulama (rohaniwan) mengajarkan pada kita. Salah satu contoh di dalam ajaran Islam mengenal istilah adalah gerakan batin (hake­kat).

Semisal yang dica­nangkan oleh Al Hallaj dan diterus­kan oleh Syekh Siti Jenar di Indonesia. Wali ini tidak dimasukan dalam ling­kungan atau anggota Wali Sanga. Mungkin kare­na sistem dan metodanya tidak sama. Tetapi gene­rasinya terus berkem­bang hingga kini. Tidak mengetahui di mana shalatnya.

Di samping itu ada banyak jenis gerakan selain Syekh Siti Jenar yang dica­nang­kan oleh para Wali (songo). Dianta­ranya adalah thareqat. Pertanyaanya, apa­kah gerakan tarekat yang dicanang­kan para wali itu masuk dalam kategori syareat atau gerakan hakekat?

Islam lahir didahului oleh hakekat baru kemudian syareat. Buktinya Nabi saw lama bertahannuts (bermalam) di gua Hira. Beliau menghabiskan malam-malam­nya di sana untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah swt. Beberapa malam kemu­dian, turun­lah wahyu pertama. Di sinilah syareat mulai dibentuk untuk umatnya.

Namun pada giliran periode berikutnya, muncul gerakan yang mirip hakekat yang diajarkan oleh Al Hallaj yang cukup bertentangan dengan syareat pada umum­nya. Beratus tahun kemu­dian hadir pula di Indonesia. Pelopor­nya adalah Syekh Siti Jenar.

Gerakan ini cukup berhasil membawa para pengi­kutnya untuk terus mengupayakan gerak­an ini berkembang. Entah bagai­ma­na, akhirnya syareat yang biasanya dianut oleh masyarakat umum tiba-tiba tidak lagi menjadi fokus utama dalam beri­badah kepada Allah. Yang hadir dan ramai di anut oleh masyarakat adalah sejenis hakekat. Di antara yang kerap dibicarakan orang adalah ung­kapan “eling”. Atau “manungaling kaula Gusti”. Semacam penyadaran akan penya­tuan antara hamba dengan Tuhannya.

Konon ajaran itu masuk dalam kategori hakekat. Adapun syareat­nya tidak seperti para penganut Islam biasanya. Atau barang­kali tidak ada syareat sama sekali. Sean­dainya pun ada syareat, maka dipastikan sangat berbeda dengan para pemegang rukun Islam pada umumnya.

Ajaran Syekh Siti Jenar, salah satunya, menurut salah satu pembimbing tarekat, adalah gera­kan shalat di atas daun. Generasinya hingga kinipun ma­sih mem­praktek­kannya. Selembar daun di­po­tong dan digelar sebagai sajadahnya lalu melak­sanakan shalat di atas daun itu di per­muka­an air.

Atau suatu ketika selembar daun pisang menempel di dahannya, maka di situlah mengerjakan shalatnya. Jadi begi­tulah seseorang yang (khusus) mendalami ilmu syareat Syeh Siti Jenar.

Karenanya, tidak musta­hil seseorang itu mempelajari bagai­mana bisa terbang dan meng­hilang. Itulah yang diajar­kannya. Itulah karomahnya. Itulah yang saya dengar dari guru. Masalah benar tidaknya saya belum tahu.

Bagaimana dengan Gerakan para Wali Lainya?

Menurut Abdullah As Sya’roni bukan itu yang istimewa. Karomah dipandang oleh As Sya’roni adalah al Istiqomah, meski­pun kecil kelihatannya. Sehingga timbul ungkapan “khoirun min alfi karomah” istiqomah itu lebih baik daripada seribu karomah. Karenanya, tidak perlu terta­rik dan tidak perlu mempelajari hal-hal seperti itu.

Inilah yang disebut gerakan tarekat yang dipelo­pori oleh para aulia. Karenanya pernah ada seorang ulama besar mem­buat geger orang-orang, di mana shalat­nya tidak pernah diketahui. Namun tiba-tiba saja ulama itu ada di sana. Wallahu a’lam kita tidak tahu, na­mun itulah gerakan mereka. Jadi sangat antik mereka punya gerakan.

Karena itu wali Songo tidak mau keting­galan punya gerakan juga. Thareqah namanya. Jadi tarekat yang diajarkan para wali itu sangat jelas dan terlihat apa adanya. Para pengikut tarekat saat berkumpul ramai-ramai kemudian me­la­kukan dzikir tarekat bersama-sama. Ramai-ramai di talqin atau di baiat oleh musyidnya, oleh muqoddam atau khali­fah, terserah istilahnya apa, itu sema­ta-mata untuk melestarikan gerak­an wali songo.

Itulah alasannya mengapa para pengikut tarekat berkumpul. Sementara para peng­ikut syekh Siti Jenar pun gigih membikin generasi penerusnya dengan gerakan-gerak­an yang dianggap kontro­ver­­sial. Sementera grupnya Wali Songo ternyata kelihatannya lebih berhasil dalam gerakannya. Sehingga berkem­banglah tarekat di seluruh dunia de­ngan berbagai versi dan silsilahnya hingga kini.

Salah satu inti gerakan tarekat yang dikedepankan oleh para Wali Songo adalah hal yang jelas bentuk sya­reat­­nya. Buktinya adalah orang-orang tarekat dzikir­knya jelas, bagai­mana uca­pan­nya, dimana tempat berdzikir­nya, apa yang diucapkan, siapa gurunya dan ke­pada siapa silsilahnya begitu jelas hing­ga wusul kepada Rasulullah saw. Tanpa ada yang disem­bunyikan sama se­­­ka­­li.

Tentang ajaran hakikat pada tarekat yang diajarkan para wali hanya mengajar­kan khofi selebihnya dzikir, sholawat dan membaca Al qur’an kepa­da para pengamal tarekat. Khofi sendiri merupakan hal rahasia yang tidak bisa diajarkan melainkan dengan talqin kepada mursyidnya, muqoddam atau khalifahnya.

Namun ajaran “hakekat” yang dikedepankan oleh tarekat tidak untuk menciptakan sebuah kelebhan (karomah). Semata-mata hanya untuk bagaimana mampu ber­komunikasi kepada Allah dalam segala tingkat kea­da­an dan situasi. Jika pun ada kelebihan yang ditimbulkan, hal itu semata-mata karena maziah saja dan tidak ditam­pakkan.

Bahkan jika seorang pengikut tarekat memiliki karomah, ia sendiri menganggapnya sebagai beban yang berat sekali dipikul­nya. Pendek­nya, menjadi pengamal ta­re­­kat adalah individu yang siap menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Tak Perlu Diadu

Bukan berarti gerakan Wali Songo lebih baik dari gerakan Syekh Siti Jenar atau seba­liknya. Hal itu tidak perlu diadu dan dibuat komparasi (perban­dingan). Kare­na hal ini tidak perlu diadu antara kelebihan dan kekurangannya. Sebab dalam salah satu ajaran tarekat menye­but­kan bahwa tidak perlu mengo­reksi ilmu orang lain. Nafsi-nafsi saja. Memperbaiki dan menambah kekurangan diri.

Akhirnya, seringkali para guru meng­ajar­kan kepada para pengikutnya: marilah bersama-sama untuk saling tertarik guna mendalami ilmu bersama Allah SWT. Ilmu ini berada dalam hati, bukan di dalam pikiran. Sebab ilmu tarekat tidak­lah mengajarkan sese­orang ahli suatu bidang, melainkan bagai­mana memanaj hati. Jika hati tenang maka akan meno­long segala urusan keduniaan dan kea­khiratan. Bukankah Allah men­jan­jikan: “Ingatlah, hanya dengan meng­ingati Allah-lah hati menjadi tenteram.. (Ar Ra’ad: 28)

Kesimpulan:

· Tarekat merupakan sebuah bentuk gerakan keimanan yang bertujuan untuk memperbiki akhlak melalui upaya pembersihan diri (batin) de­ngan terus menerus mengingat Alalh.

· Ada yang berorientasi hanya pada inti hakekat saja (batin) tanpa dengan sya­reat pada umumnya. Diwakilii oleh gerakan Al Hallaj dan generasi beri­kut­nya adalah Syekh Siti Jenar.

· Ada pula yang mementingkan syareat dan hakekat sekaligus. Namun lebih condong ke pelaksanaan syareat se­perti biasanya. Sementara hakekat hanya dalam bentuk dzikir khofi saja. Ini yang kebanyakan diwakili oleh gerakan tarekat Wali Songo dengan berbagai jenisnya yang mu’tabarah.

· Pada akhirnya, gerakan Wali Sanga ini lebih banyak diterima oleh masya­rakat.

· Tidak perlu membandingkan dua jenis gerakan ini, mana yang lebih unggul. Masing-masing menjalankan keya­kinan­nya. Wallhu a’lam.

 

 

 

Pemicu Tulisan:

http://danalingga.wordpress.com/2007/11/09/syahadat-jenar/

http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Siti_Jenar

Antara Syekh Siti Jenar dengan Wali Songo ada konflikkah? :

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1004/04/teropong/resensi_buku.htm

Wawancara Penulis Buku Best Seller Syekh Siti Jenar

 

 

 

 

  1. 15 November, 2007 pukul 11:43 pm

    subhanallah,,,ceritanya seru bgt…
    oh ya request dong… bahas tentang tarekat dong… secara disini, masih bnyk bgt yg bilang kalo tarekat itu haram..pnasaran nih

  2. 16 November, 2007 pukul 3:36 am

    Assalamu’alaikum Mr. Kurt…
    Lama tak jumpa..semoga Mr. Kurt dan juga pesantren Buntet tetap dalam sinaran nur-Nya
    ehm..ehm…
    Langsung saja ke topik…
    Kalau saya pribadi sebenarnya luimayan tertarik dengan yang namanya Siti Jenar.
    Menurut saya yang diambil dari ajarannya Siti Jenar sebaiknya bukan sholat di atas daunnya, melainkan “manunggaling kawulo lan gusti”
    Yang namanya manunggal adalah menyatu, jadi sebaiknya dimana pun dan kapan pun kita senantiasa berusaha menyatukan Tuhan dalam diri kita (baik bersifat internal maupun internal)…
    Bukankah dzikir itu mengingat Tuhan? Jadi manunggaling kawulo lan gusti bisa ditafsirkan dengan senantiasa berdzikir…

  3. 16 November, 2007 pukul 6:37 am

    Ralat:
    Maksud saya adalah “baik bersifat eksternal maupun internal”
    Terima kasih…

  4. 16 November, 2007 pukul 7:17 am

    Wow … keren amat. Makin mantap aja bo. Pertanyaan saya: Mana yang lebih banyak buku tentang Syekh Siti Jenar ditulis dibanding Wali Songo?

  5. 16 November, 2007 pukul 7:17 am

    “Hal itu tidak perlu diadu dan dibuat komparasi (perban­dingan). Kare­na hal ini tidak perlu diadu antara kelebihan dan kekurangannya. Sebab dalam salah satu ajaran tarekat menye­but­kan bahwa tidak perlu mengo­reksi ilmu orang lain. Nafsi-nafsi saja. Memperbaiki dan menambah kekurangan diri”

    Dalam hal ini berarti kesalahan telah dimulai semenjak zaman para wali sendiri. Wali Songo ternyata tidak nenyukai ajaran siti Jenar, entah karena memang benar ajaran Jenar sesat atau karena para wali sendiri takut ajaran mereka kalah tenar dibandingkan siti Jenar?? dari sisi saya sendiri saya lebih beranggapan para wali yg takut kalah pamor dibanding Jenar (ditilik dari politik kekuasaan pada saat itu).
    Jadi jelas, ajaran2 apapun sebenarnya tidak ada yg sesat selama masih dalam garis penghormatan terhadap Tuhan dan bukan mempersekutukan. Ketika para Wali/ulama/apalah namanya mulai diliputi kedengkian dan iri hati akan ajaran lain, itu akan menjadi masalah besar, malah akan terus mengakar.
    Yang terpenting bagaimana para pemimpin agama ataupun masyarakat bisa menjadi pengayom bukan PROVOKATOR..
    hehehe

    salam kenal pak!

    • ali
      25 Juli, 2010 pukul 3:03 pm

      maaf mas pa benar para waliongo iri hati pada syekh siti jenar? karena kekuasaan? bkankah para wali atau yang dinamakan wali itu org yg bnr2 bersih dari urusan duniawi zuhud trhdp dunia? maaf msh bingung????

    • M Sancabachtiar
      24 Oktober, 2011 pukul 11:32 am

      penilaian dari sisi anda adalah su’udzon terhadap wali songo… sedangkan para wali adalah para pengamal tasawuf, yg tentu saja lebih mengedepankan ahlak bukan kekuasaan. hati2 mas.. waliyulloh adalah kekasih Alloh. Istighfarlah dari prasangka buruk terhadap para kekasih Alloh. Afwan!

  6. 16 November, 2007 pukul 9:18 am

    ehm…bagi yang lagi nyari cara mendekat ke Tuhan, ternyata banyak jalannya tuh…

    cuman tentu yg bijak buat memilihnya (bukan mau ngedombaadukan), tapi jangan sampai niatnya mendekat ke Tuhan, malah membelakangi Tuhan.

    “membaca tentu kuncinya”, begitu kan pak kurtubi

  7. 16 November, 2007 pukul 9:54 am

    wah… secara ibadah saya baru yg standar, jd ga bisa koment apa2, nanti malah saya salah…

    tp seingat saya, makam syech siti jenar ada di cirebon. buakn begitu pak santri?

    coz deket dg makam kake saya. tiap thn siy slalu nyekar ke sana sekaliyan sih, bukan mengkhususkan…
    si babeh tuh pernah *sering malah* nyeritain ttg syech siti jenar tp saya ga ngeh…
    *hehe*

    • doel
      28 September, 2011 pukul 1:18 am

      mungkinkah ada makamnya ? beliau tidak meninggal tapi muksa…

  8. 16 November, 2007 pukul 10:02 am

    “Cita2” tentu serangkai dengan “Usaha”. Jika kita ingin mencapai cita2 tanpa melalui usaha yg semestinya, apalah namanya.
    Katakanlah bahwa Tuhan adalah cita2 kita, tentu Dia memberi jalan bagi kita untuk mencapai-NYA. Jalan itu adalah agama (include syariat-nya).
    Hakekat dalam hal ini barangkali mirip dengan cita2 tersebut, kebutuhan mencapai Tuhan, dan syariat adalah cara kita untuk mencapai cita2 tersebut.
    ————————
    Lalu, bagaimana mungkin hakekat tanpa syariat, ibarat cita2 tanpa usaha ?
    Sama dengan :
    Lalu, bagaimana mungkin syariat tanpa hakekat, ibarat usaha tanpa cita2 ?
    ————————
    keduanya sama janggal ya … ?
    ————————

    Benar problem, bahwa ada segelintir kita yg mengutamakan syariat dan melupakan hekekat. Tetapi usaha menutupi problem ini jangan juga sampai kita jadi mengabaikan syariat…

  9. 16 November, 2007 pukul 11:25 am

    Tidak perlu membandingkan dua jenis gerakan ini, mana yang lebih unggul. Masing-masing menjalankan keya­kinan­nya.

    setuju, pak

  10. 16 November, 2007 pukul 11:51 am

    Jangan di anggap kalo SSJ itu nggak punya syariat, punya kok, tapi mungkin memang beda dengan syariat yang di kenal di kalangan umum sekarang ini. Seperti juga telah di sebutkan dalam artikel ini.

  11. 16 November, 2007 pukul 2:01 pm

    Gak perlu di comment lagi, artikel yg T.O.B 😀

  12. 16 November, 2007 pukul 3:13 pm

    Salam kenal dari Perhimpunan Mahasiswa Bandung 🙂
    Ikut link yah

  13. aLe
    16 November, 2007 pukul 5:29 pm

    yup,
    yang sudah yakin dgn salah satu, mari kita semakin meyakinkan diri dengan tetap berkaca dengan yang laen.

  14. 16 November, 2007 pukul 6:22 pm

    slamat!
    barusan iseng2 saya cek, hari ini postingan yg ini ada diurutan 18 top post *makan2*
    trus blog nya ada di urutan ke 58 dari 100 top blog *minum2*
    seeep lah!

  15. 16 November, 2007 pukul 10:35 pm

    tentang karomah,

    jadi ingat dhawuh dari Hadratusyeikh, mursid thoriqoh shohibul fadhilah wal karomah.

    lihatlah iblis itu, sebentar-sebentar di jagad etan, sebentar-sebentar dijagad kulon tapi tetep masuk neraka

    ah.. anda mengingatkan saya tentang rumah, yang sekarang sudah jarang saya datangi.

  16. 17 November, 2007 pukul 12:45 am

    Ada versi lain bilang bahwa Syeh Siti Jenar telah dikalahkan oleh kebenaran versi penguasa. Apakah memang benar nih, Mas Kurt, setiap penguasa boleh sewenang-wenang memutarbalikkan fakta sejarah? Apakah Syeikh Siti Jenar dan ajarannya memang telah menyesatkan banyak umat sehingga perlu dimusnahkan? Apakah ajaran “wahdat al-wujud” memang menyalahi syareat? Wah, maaf, banyak tanya nih Mas Kurt, karena memang nggak tahu, sih!

  17. Abah Dedhot
    17 November, 2007 pukul 2:13 am

    Ada juga versinya Syech Muhammad Sirullah dari Kedung Kol… Bahwa tidak ada pertentangan antara wali-wali tanah jawa. Bahkan Syech Siti Jenar / Syech Lemah Abang / Syech Abdul Jalil / San Ali, adalah salah satu dari 8 wali dari 3 angkatan, yang khusus mengemban tugas untuk mengajarkan SASAHIDAN.
    Versi wali-wali tanah jawa yang pada berantem (yang populer sekarang) adalah karangan seorang tionghoa yang terbit ditahun 1928. Dinegeri ini mengarang / merubah sejarah adalah hal yang biasa… sehingga identitas diri / bangsa (kesejatian) sulit ditemukan…

    Sesungguhnya Syari’at, Tariqat, Haqiqat & Ma’rifat adalah manunggal, satu, tidak terpisahkan.

    Pandangan dari “dalam” (batin), urutannya :
    Ma’rifat : rasa lapar, perut keroncongan.
    Haqiqat : ngiler pengen makan.
    Tariqat : pergi ke dapur, masak mie instan.
    Syari’at : makan mie instan pake kecap & saos.
    Ma’rifat : rasa kenyang & kepedesan.

  18. 17 November, 2007 pukul 2:33 am

    Salam kenal..
    Maaf Mas Kurt, sy awam banget tentang tariqat dll itu…Alhamdulillah agak tercerahkan karena bacanya baru sedikit.
    Tp yg sy tahu sejarah selalu dibuat oleh sang pemenang, karena sang pemenang menjadi penguasa dan kekuasaan itu bisa menggiring opini publik.
    Mungkin SSJ benar tp krn dia kalah, ya ga bisa membentuk opini. Demikian juga sejarah Islam masa dulu, karena Hussein bin Ali kalah, maka sejarah Islam dibuat versi Muawiyyah. Islam kalah pernag salib, sejarah dunia dibuat versi Barat. Nazi kalah, sejarah dibuat versi Sekutu. Saddam kalah, opini publik dibentuk oleh Bush.
    Suwun…

    • arya
      18 November, 2010 pukul 7:58 pm

      sy setuju sekali!makanya yang harus kita kejar agama secara hakiki bukan secara paparan sejarah yang nyata2 milik penguasa!siapa tahu apa yg kita dengar,yang kita pelajari selama ini bukan hal yg sbenarnya tp hanyalah rekayasa dr kaum penguasa dulu!makasih

  19. 17 November, 2007 pukul 6:50 am

    ingin badan sehat, bugar setiap saat, maen ke situs kami, hehe

  20. 17 November, 2007 pukul 7:18 am

    yang gak bener itu belum ngerti apa2 dah pengen masuk tarapan hakekat, klo urut2an pengenalan sang khaliq sudah benar… seperti yg di bilang pak deking memproklamirkan bersatu dengan khalik gak masalah karena bi ma’na dzikir bukan bi ma’na jadi tuhan 😀

  21. 17 November, 2007 pukul 2:15 pm

    Kalo ga salah sih, kalau mau mencapei hakekat kudu mateng dulu syariatnya. Kira-kira, syareat tu rukunnya hakekat, mustahil ada hekekat, karena syareat itu pengantarkan wajib ke arah “sana”. *kalo ga salah si bang*

    Soal wahdatulwujud si…subhanallah ini, sungguh luar biasa, hanya orang-orang tertentu saja. Wawllahua’lam juga bang.

  22. 18 November, 2007 pukul 8:59 am

    Saya baca-baca aja yach, Mas Kurt. Biar tahu lebih banyak tentang Islam. Sementara belum bisa koment, nih.

  23. 18 November, 2007 pukul 9:01 am

    Postingannya bagus nih. Tapi, belum bisa koment yach. Numpang baca-baca dulu biar tahu lebih banyak tentang Islam.

  24. 18 November, 2007 pukul 9:19 am

    Perjalanan saya di teras-teras syariat, terbentur atau malah singgah pada maqam-maqam kebimbangan. Tapi ada keinginan untuk terus berjalan mengetuk pintu-pintu tarekat, sehingga saya bisa menikmati “nyamannya” kamar-kamar hakikat, semoga saja bukan hanya mimpi :mrgreen:
    Syaluth paman kurt 😀

  25. benbego
    18 November, 2007 pukul 10:22 am

    Menarik nih pak. kapan2 pengen nulis juga nih tentang Syekh Siti Jenar ini! 😀
    takut keburu karatan di otak! 😀

  26. 18 November, 2007 pukul 5:51 pm

    satu hal yang perlu kita kaji tentang hakikat diri kita apakah sama dengan sang sekh yang sudah mengetahui sirr atau hanya ikut-ikutan doang. gua juga pengin nulis tentang kang siti nih…ya …coba-coba

  27. 18 November, 2007 pukul 6:10 pm

    Sepertinya memang menjadi perdebatan yang gak bakal habis sampai kapan pun, menyoal syech siti jenar dan walisongo menjadi dialog yang intens tak hanya di blog, tapi pada setiap diskusi yang mempersoalkan sejarah perkembangan islam di jawa, pasti akan menyinggung tema ini dan larinya ke al-hallaj. sungguh menarik. Mudah2an ada pencerahan seteah membaca tulisan pak kyai satu ini.

    matur nuwun pak, salam kenal!

    • reog
      21 Desember, 2010 pukul 11:59 pm

      duh sedulur kabeh,kulo ki tiang awam,gak jowo lor kidul,wong bingung kasarane,,ajaran opo wae sing penting becik,yo apek,tapi sembah ku sing wes swargi nate ngendiko mrang aku.ngene ngendikane”ngger cah bagos,,mbesok lak wes tko jamane gonjang_ganjing wng urip podo rayaan bener,kabeh sarwo kwalik,sing becik dadine elek,sing elek iso dadi becik,tpi siji ger elengo marang sing menei koe urip,sarono ”LAKONONO NGELMU SAK NGERTIMU”kui dulur sing iso madang ne pikir ku,

  28. blogkeimanan
    18 November, 2007 pukul 11:18 pm

    Syariat tanpa mengerti Hakikatnya adalah Hampa…
    Mengerti Hakikat tanpa dijalani Syariatnya adalah Fasik…

    Allahu A’lam….

  29. 19 November, 2007 pukul 10:56 am

    subhanallah,,,ceritanya seru bgt…
    oh ya request dong… bahas tentang tarekat dong… secara disini, masih bnyk bgt yg bilang kalo tarekat itu haram..pnasaran nih

    *
    icha
    TQ Icha. Ohya masalah haram-mengharamkan terhadap prilaku orang beragama banyak Cha. Jangankah thareqat, melihat wanita saja yang bukan muhrimnya masuk kategori haram… kalau itu yang disemangati, meminjam istilah temanmu benar-benar temannya bawang: “Cappe deeeeh!” 😀

    deKing semoga cepat hilang pusingnya

    Wa’alalikum salam wr. wb.
    Makasih atas harapannya kang…
    sepakat bos, kalau kita mendalami ajaran SSJ, yang dikedepankan adalah :”manunggaling kawulo lan Gusti” dengan tetap tidak meninggalkan jejak-jejak perjalanan rohani dari yang menginspirasi ajaran SSJ itu sendiri: Nabi Muhammad saw. yang mewujud dalam internal dan eksternal. Bukan begitu kang deKing?

    Ersis
    TQ bang. saya belum meniliti nih banyakan mana. Tapi sekedar asumsi, buku2 SSJ lebih banyak ditulis oleh murid-muridnya karena lebih menarik dalam ranah filosofinya. Sedangkan buku2 Wali Songo kebanyakan legendanya sebab masuk dalam kateogri tasawuf ubudiyah bukan tasawuf falsafi.

    br4inst0rming
    “jangan jadi provokator” setuju banget bos. Di balik sejarah yang mengungkapkannya, memang terkesan ada nuansa poltik di balik itu. Namun di luar sisi politik pasti juga ada yang terkait dengan ajaran mainstream yang mungkin khawatir akan melegenda. Sebab tasawuf falsafi barangkali ada kehawatiran melupakan ritulaitasnya. Bagi SSJ, memang telah mencapai suatu kondisi yang sangat mencapai “sirr” sementara dikhawtirkan dari pengikutnya hanya meniru saja.
    Salam kenal juga.

    vino

    jangan sampai niatnya mendekat ke Tuhan, malah membelakangi Tuhan

    menarik sekali pernyataan itu dan membaca adalah kunci utama.. Setujuuuuu! TQ

    novee
    Wah kalau Makam Syekh Siti Jenar saya tidak tahu persis, tapi hasil cari2 ada dua makan selama ini diyakini masyarakat.
    di Jepara (Jateng) dan Tuban (Jatim) Sementara di Cirebon baru tahu nih…

    Herianto
    Syariat tetap dijalankan dengan demikian akan mendapatkan hakekatnya sebagai sebuah cita-cita. Intinya jangan meupakan syariat… waah bagus sekali kesimpulanya. TQ.

    caplang™
    Setuju balik Plang.. 🙂

    danalingga
    Siapa bilang yaa SSJ itu tidak menjalankan syariat… (tapi bos, kenapa yaa non syariatnya yang lebih dikenal)

    Jufri
    Lah ini dikoment, T.O.B. itu maksudnya apa? (tanpa obat bius?? ) just kidding? 🙂

    PMB Bandung
    Maaangga mang, di link

    aLe
    berkaca dengan yang lain, dan jangan sampai merusak masing-masing kacanya yaa hehehe.

    novee
    waah makasih sudah memonotoring .. tapi sayang makannya gak bagi2. heheh

    peyek
    TQ, pasti rumah kang Peyek, adem tur ngademin… ajak-ajak dong ke rumahmu yang jarang disambangi… 🙂

    Sawali Tuhusetya
    Kang Sawali, bisa aja, pura-pura gak tahu… orang-orang sastra pasti tahu banyak tentang “serat-serat” SSJ. Tapi kalau bicara politik saya bukan ahlinya apalagi diakaitkan politik vs agama duuh benar-benar 99+1 = Ceppe dehh… 😀

    Abah Dedhot
    Waaah jawaban untuk Pak Sawali dan teman2 yang butuh masukan. Terima kasih bos eh Abah semakin melengkapi.

    sayasaja
    waaah makasih ada lagi teori tentang penjungkirbalikan sejarah… Jadi hakekat dibalik cerita itu, adalah tidak ada persoalan sebenarnya antara SSJ dan penguasa???

    dobelden
    Great!…. bima’na dzikrullaaaah.

    perempuan
    Syariat mateng kaya apaa ya Jeng, biar dapat hakekat? heheh

    Hanna
    Hahah silahkan Ci baca2, dan makasih bisa koment juga. Maaf jika terlalu internal banget postingan ini. Yaa namanya juga latihan melemaskan urat nadi menulis…

    goop
    Bisa aja paman goop ini, sudah bertawadlu.. terlihat dari tuturnya, nyaris seperti para penikmat juga. hheheh … salut juga…

    benbego
    Iya bos ben, buruan ditulis nanti saya bego kalau gak dicerahkan … 🙂

    kang panu(amanu)
    Waah masukan menarik, SSJ itu karena sirnya luar biasa… kita jangan hanya ikut2an.. ditunggu tulisannya bos.

    gempur
    Makasih pak kyai gempur salam kenal juga

    blogkeimanan
    makasih atas pencerahannya… 🙂

  30. 19 November, 2007 pukul 7:22 pm

    Waaah,…
    Pak Kurtubi ini ndak ngerti….

    Sapa bilang Syech Siti Jenar ndak punya syariat ???

    Negh, ajaran Siti Jenar;

    Syariat, iku jan-jane pangucape wong Jowo sing ke Arab- Araban. Nek kito podo, wong Jowo, Syariat iku yo Syareat. Syareat iku yo podo wae karo Syarengat atawa Sarengat. Dadi, Syarengat iku, artine : yen SARE anune njeNGAT….

    sori, sayah ndak tega ngelanjutinnya, silakan mbaca sendiri bukunya…. 🙂

  31. zal
    21 November, 2007 pukul 12:17 am

    ::artikel yg bagus, Pak Kurtubi, jalan adalah jalan bagi yg terfahami, jika tidakpun dicukupkan, bahkan gunungpun berjalan sebagaimana awan berjalan, semua berada pada Layukalifullahu nafsan illa wusy’aha laha maa kasabat wa ‘alaiha maktasabat”
    meskipun segera dipenggal, paling tidak sudah ada gambarannya, meski tak terlihat lama paling tidak terbitnya bulan sudah menandai permulaan ramadhan….

    😀 zal
    hmmm ada asap pertanda ada api… begitukah pak zal

  32. pangeran
    21 November, 2007 pukul 8:22 pm

    mari kita bersama2…menggali manunggaling kawula gusti

    😀 pangeran
    ayo siap ayang ikut….

  33. 23 November, 2007 pukul 1:20 pm

    Kontroversi eksekusi Syeh Siti Jenar oleh Walisongo bagaimana, Kang? Apa benar Syeh Siti Jenar dieksekusi atau diusir?

    😀 Kombor
    Lah, orang sepintar Anda pasti sudah tahu kontroversinya… aku belum mau memaparkannya, sebab sudah ada buku masing-masing penulis yang kontroversi.

  34. pangeran
    9 Desember, 2007 pukul 8:52 am

    dijaman sekarang banyak orang yang simpang siur tenteng islam…banyak sekali golongan2 baru itu kenapa karena mereka mencari kebenaran……..sekarang kta kaji…..manunggaling kawula gusti coba di resapi lagi….insyaalloh asma 4jji akan selalu mun cul di setiap matamu memandang………cobalah!! alloh sangat sayang sekali sama kita……….

  35. 21 Februari, 2008 pukul 2:34 am

    Islam lahir didahului oleh hakekat baru kemudian syareat. Buktinya Nabi saw lama bertahannuts (bermalam) di gua Hira. Beliau menghabiskan malam-malamnya di sana untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah swt. Beberapa malam kemudian, turunlah wahyu pertama. Di sinilah syareat mulai dibentuk untuk umatnya.

    maaf sebelumnya kalau salah;
    bukankah nabi melakukan yang seperti itu sebab beliau merasa bahwa ibadah dan apa yang terjadi di dunia luar (masyarakat) itu salah dan tidak sesuai sehingga beliau menyepi dan menenangkan diri untuk menghindari segala kesalahan dan ketidak benaran yang ada di masyarakatnya. nah kalau untuk kita yang sekarang ini kan udah ada tuntunan dari Nabi dalam menjalankan ibadah. kalau kita melakukan yang seperti itu kita tidak akan mungkin mendapat wahyu dan menciptakan suatu cara baru dalam beribadah seperti yang banyak terjadi saat ini, seseorang menyepi atau apa namanya kembali dengan pengakuan mendapat petunjuk atau dirinya diutus untuk menjalankan sesuatu yang baru misalnya meninggalkan salah satu syariat. yang banyak terjadi kan sekarang ini hanya sekedar mengambil kata “eling” “manunggaling” dan sebagainya sekedar agar ada alasan untuk meninggalkan syariat gak beda dengan komentar Kang Panu (Amanu); hanya ikut-ikutan doang.

  36. 15 Mei, 2008 pukul 11:14 am

    syareat thoreqot haqeqot makrifat,, al qur’an al hadits, ijma’, qiyas,, diri, sesama makhluk hidup, alam semesta,,nyata dan ghoib,, dunia akherat,, semuanya adalah penting untuk di baca/dipelajari/diamati/dikenal,, untuk mengenal Alloh,,

  37. 15 Juli, 2008 pukul 11:10 am

    ismulhaq.com

  38. 3 September, 2008 pukul 9:22 am

    syekh siti jenar menurut saya hanya merupakan simbol santri abangan.gitu sedulurrr….ingin tahu lebih lanjut baca dulu ini mbok menowo jodoh

  39. rafi
    9 November, 2008 pukul 8:30 am

    nrut sya, ajaran SSj kya darah, dalam tubuh jdi manfaat, kluar jdi najis

    yaaa ckup didalem aj kali yeeeeee!

    Allah SWT Maha Tahu & Maha Hidup

  40. 10 Desember, 2008 pukul 7:37 pm

    hmm… saya baru kenal SSJ setelah mengalami perjalanan keislaman yang jauh sekali mas kurt.

    setelah saya berkali-kali gagal menemukan kebenaran yang saya cari dari begitu banyak syariat yang saya tahu, lihat dan lakukan. semua terasa kering, garing dan nihil.

    saya tidak bisa serta merta membenarkan SSJ, terkait cara pembahasaannya yang mungkin tak lepas dari zamannya. walau saya mengerti dalam kejujuran saya yang terdalam, lepas dari semua polemik ttgnya….

    seandainya bisa dibahasakan dalam bahasa kita hari ini, saya pikir SSJ memiliki pemikiran yang cukup mencerahkan dan komprehensif. sebuah pendekatan ttg tuhan dan hidup yang sangat menjawab tantangan masa kini, di tengah simbol-simbol yang lebih dominan di kedepankan dan bahkan di politisasi.

    tentu, ini dalam konteks mengupayakan perbaikan ya, bukan melulu berpolemik.

    gitu ga sih mas kurt?

  41. irsad garut
    3 Januari, 2009 pukul 11:23 am

    apa yang diajarkan SSJ adalah penapian diri bahwasannya dia lagi mabuk maripat (fanaul fana) Yang ada itu adalah Ar-Ruh dan Ruh yang ghoibul ghoib sedangkan manusia-manusia adalah hanya bayangan cermin dari ruh tuhan ingat bahwa holaqo adama bisurotihi. bahwa untuk maripaturrobbi manusia harus dulu maripatunnafsi kenali dulu sejatining diri al-insanu sirri wa anna sirruhu man arofa napsahu paqod arofa robbahu wa man arofa robbahu paqod jahila napsahu itulah penapian diri sedangkan kita saja belum mengenal diri kita karena allohu ghoibun wannasu ghoibun cobalah untuk mengenal sejati diri kita. kita terlena dengan wujud yang ada lupa yang wajibul wujud untuk mengetahui indonesia kita harus terbang meninggalkan indonesia baru kelihatan oh itu indonesia kita yang tercinta jangan seperti ikan yang hidup di air tetapi tidak tahu dimana air berada,ingin mengenal diri keluarlah dari diri wujud dunia yang hanya kedok atau bayangan belaka. agar kita mulai belajar mengenal jalan menuju tuhan. wassalam dier garut

  42. Djenambang Bin Tandjak
    6 April, 2009 pukul 4:39 pm

    Alhamdulillah..
    Saya sangat bangga dengan situs ini, ternyata ilmu itu makin dicari akan semakin kurang..!? Dan pemeluk ajaran Islam akan terlihat lebih BERSIH, PEDULI, dan PROFESIONAL…

  43. Ajeng Sukabumi
    26 April, 2009 pukul 10:38 pm

    Pengalaman saya menekuni manunggaling gusti dengan berbagai metode ilmunya hanya mengarahkan pikiran dari kenyataan hidup yang semestinya kita lakoni dengan khayalan dari hakekat dengan berbagai maknanya.yang semestinya alam hakekat menjadi acuan Ta,dimnya kita terhadap yang maha kuasa .malah di jadikan alat perpecahan dengan berbagai keanehan hakekat manusia itu sendiri

  44. 28 April, 2009 pukul 12:54 am

    Slm awal ahir..
    Jgn mengaku ISLAM kl blm bs membawa islam.
    Jngn mengaku sudah sholat kl blm tau inti dari sholat.

  45. sony erlangga
    8 Agustus, 2010 pukul 7:00 pm

    Syech Siti Jenar adalah salah satu Wali Allah,

  46. seno
    12 Agustus, 2010 pukul 9:25 am

    saudaraku yang dicintai Allah bila kita baca Rumi dan Abd jaelanni apa yang disampaikan tidak jauh berbeda hanya aspek metodologinya saja.siapa yang melihat dengan mata spritual dia akan melihat wajah Tuhannya tetapi siapa yangn melihat dunia dia hanya melihat wajah dirinya sendiri.Orang yang haus akan mencari “air” demikian juga “air” akan mencari orang yang haus.

    • 26 Mei, 2012 pukul 1:59 pm

      Orang yang haus akan mencari “air” demikian juga “air” akan mencari orang yang haus.

      super sekali… terima kasih kang Seno.

  47. Es Es Je Fans
    13 Agustus, 2010 pukul 9:35 am

    semua benar, ga ada yg salah.. yg salah cuma menyalahkan…
    jngan ada perbandingan, semua benar…

  48. 23 Agustus, 2010 pukul 4:12 pm

    Sepertinya pembahasan tentang SST ini itu-itu aja, ada yang punya referensi ga ya, mau dalamin ni ajaran.

  49. yunus
    8 Oktober, 2010 pukul 9:22 am

    Alloh maha pengampun, Alloh maha mengetahui setiap amal dan kebaikan yg kita kerjakan dgn iklas maka Alloh akan membalasnya dgn seribu kebaikan. Amin…..

  50. agus
    17 Oktober, 2010 pukul 1:07 am

    itu bukti dari “Allah maha pengasih lagi maha penyayang” semua ajaran diatas benar!!! dan masih banyak lagi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T sekarang tinggal manusianya mo menjalankan yang mana,,,?

  51. agus
    17 Oktober, 2010 pukul 2:26 pm

    agus :

    itu bukti dari “Allah maha pengasih lagi maha penyayang” semua ajaran diatas benar!!! dan masih banyak lagi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T sekarang tinggal manusianya mo menjalankan yang mana,,,?

    agus :

    itu bukti dari “Allah maha pengasih lagi maha penyayang” semua ajaran diatas benar!!! dan masih banyak lagi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T sekarang tinggal manusianya mo menjalankan yang mana,,,?

    agus :

    itu bukti dari “Allah maha pengasih lagi maha penyayang” semua ajaran diatas benar!!! dan masih banyak lagi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T sekarang tinggal manusianya mo menjalankan yang mana,,,?

    • joko lelono
      16 Juni, 2011 pukul 2:16 pm

      setuju mas semuanya memang indah

  52. 2 November, 2010 pukul 11:17 pm

    askum,,,sebetulnya kalau boleh menambahkan..Eling,,(ingat) Kawulo (hamba) gusti (ALLA),,itu saja sudah cukup menjelaskan,,bisakah anda dalam 1 jam berapa kali ingat Allah??;;;dr sepengetahuan saya,dan cerita para sufi seperti siti jenar ,,bukan jam saja ingat Allah,,tapi tiap detak jantung,nafas,,dzikir kpd Allah..hingga dunia ini seperti bayangan saja ,,yang di lihat hanya Allah,,Allah ,,Allah,,mabuk kpd Allah …AlloHU aLlam

  53. aryuptr
    6 Desember, 2010 pukul 7:51 pm

    apakah siti jenar adalah sang ratuadil? apakah menantu Nabi muhammad saw adalah yang pertama ? apakah sudah ada pada saat ini yang seperti siti jenar ?

  54. Arifudin
    6 Juni, 2011 pukul 3:56 pm

    Syech siti jenar adalah kekasih allah….
    Beliau juga shalat, tdk spt yg terdpt cerita dibuku-buku.

  55. santros
    27 Juni, 2011 pukul 10:38 pm

    perbedaan bukan untuk saling menjatuh kan

  56. vita
    13 Agustus, 2011 pukul 11:17 am

    TATA LAHIR, ADA HURUF ADA BAHASA ADA TATA CARA TAPI, KALAU TATA BATIN SAMA, ITULAH DUNIA NYATA

  57. 1 Oktober, 2011 pukul 11:30 am

    SYACH SITI ZENAR MENGATAKAN ALLAH DI DALAM DIRINYA.
    JIKA ALLAH BERADA DI DALAM DIRINYA, MANAKAH ALLAH UNTUK SAYA? SEDANGKAN ALLAH HANYA SATU….

    JIKA ALAH MENEMPAT PADA TUBUH KITA, MAKA TUBUH KITA AKAN HANCUR SPERTI GUNUNG YANG DI PERSAKSIKAN KEPADA MUSA.

    SESUNGGUH NYA YANG DA DI DALAM DIRI MANUSIA BUKANLAH ALLAH, MELAINKAN NUR MA’RIFAT NYA ALLAH YANG MAHA SEGALANYA.

  58. Prasetiyo
    25 November, 2011 pukul 10:31 pm

    Saya berkeinginan sekali mempelajari tharekat ataupun apa namanya itu yg intinya utk lebih mendekatkan serta mengenal Allah s.w.t akan tetapi di zaman spt skrg ini utk mencari seseorang yg bener2 mursyid bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami,sudilah kiranya utk memberikan referensi mengenai ciri2 mursyid sejati atau jika saudara mengetahui seorang guru mursyid mohon sudi kiranya utk memberikan informasi kepada saya siapa dan dimana keberadaannya,terima kasih.

  59. Taufiqismail
    10 Januari, 2012 pukul 9:27 am

    Bismillaahirrohmanirrohiim, Assalaamu’alaikum,.sobat..cukup bgus bs jd penengah dr mereka yg berseteru..lanjutkan,.sbg tmbhan aja,sekirnya bs jd bumbu2..kalo tdk yg dibuang sja.menurut hemat saya,dalam Al Qur’an sudah jelas ko,maksdya dgn pemahaman yg rendah saja bsa memahaminya,asal 1 kuncinya.Bismillah li’illalikalimatillah.maaf bkny sok tau..trimakash dgn perjuangn anda.smg sukses.dan diRidhoi..dan dimsukan dlm Golongan orng2 yg diberi petunjuk.

    • 26 Mei, 2012 pukul 1:55 pm

      Wa’alaikum salam alhamdulilah terima kash… kang Taufiq Ismail.

      Btw, untuk semua tamu yg dirahmati ALlah, saya mohon maaf tidak aktif dan tidak membals setiap koment krn blog ini sangat jarang saya hampiri..
      kedepan Insya Allah akan saya hadapi jika ada waktu.

  60. Surya
    1 Maret, 2012 pukul 12:16 pm

    Aslm……Ngaji baca itu bagus, tetapi……Ngaji Diri & Ngaji Rasa itu lebih bagus !! Merasakan manisnya gula itu tdk hanya ucapan saja, atau cerita orang lain saja bahwa gula itu manis, akan tetapi…..qt hrs haqqul yakin bahwa gula itu manis yaitu dengan merasakan dgn indra perasa qt, dirasakan oleh lidah, diiyakan oleh hati, & diucapkan oleh lisan ….!! Qt berasal dr Alloh & akan kembali kpd Alloh, maka dr itu kenalilah jln kembali kpd Alloh. Jika mata hati qt buta didunia….pasti qt akan buta jln kembali kpd Alloh. Perbedaan adalah Rahmat dr Alloh…..& jgn pernah merasa benar sendiri, sucikanlah rasa & perasaan qt……Amiiin. Alloh akan slalu bersama orang2 yg sabar, Wassalam.

  61. panji
    12 Maret, 2012 pukul 4:45 pm

    lakukan apa yg diinginkan Allah dlm kehidupan pribadi, keluarga, masyarakan dan bernegara ….jadilah khalifah yg benar menurut Allah. karena Allah tuhan mu tdk pernah keliru

  62. winwinsolution
    27 Maret, 2012 pukul 9:20 am

    MUKSA dengkulmu…

  63. 30 Mei, 2012 pukul 10:14 am

    walisongo juga benar, syech siti jenar ( yg memdalami suluk al halaj ) juga benar seperti mata uang dua sisi, saling melengkapi. Puncak yg mereka raih adl : manunggaling kawula Gusti, sll mendekat dg Illahi agar dpt pancaran Nur-Nya. Hati NURani yg “hidup” akan tercermin dg amaliah sehari2 seperti hablum minalloh ( hub.dg Alloh baik ) dan hablumminanas (hub.dg sesama mahluk baik ). Jaman sekarang banyak orang yg ibadah ( syariatnya ) sgt hebat tapi hati NURaninya kotor penuh kelicikan, rakus harta, korupsi, dzolim, irihati, suka berguncing dll yg merupakan sifat alamiah iblis ) dg mendalami hakikat akan mencuci kerak2 hati, kekotoran2 jiwa agar jd bersih dan suci agar dkt dg yang Maha Suci.

  64. sahab
    6 Agustus, 2012 pukul 3:58 am

    sti jnar dan walisongo punya kenyakinan yg sama..jd yg mau ikut dua2nya monggo..

  65. sahabelmantab
    6 Agustus, 2012 pukul 4:07 am

    siti jenar ibarat jendral walisongo laksamana dlm urusan agama scra kaffah..yg ke2nya sm trinsfirasi oleh mutiara bijak sydna ALI. Kw

  66. Tak Bernama
    11 Agustus, 2012 pukul 10:33 pm

    Bila diantara Anda ada yang ingin menyelami kedalaman pemahaman Syekh Siti Jenar, saya bersedia kirimkan buku tentang Guru Sejati yang dapat memberikan petunjuk Cahaya dan Suara Bathin, petunjuk awal pintu gerbang bathin mengenali kesejatian diri Anda. Silahkan SMS ke 0817 689 3113. Buku (edisi bahasa Indonesia) dikirimkan gratis sampai ke alamat Anda tanpa embel apa-apa.

    Tersedia juga buku spiritual pencerahan yang membahas syair pujian Jalaluddin Rumi kepada Gurunya, berjudul “Shams-e Tabrizi” (khusus bagi pembaca yang menguasai bahasa Inggris, sebab belum diterjemahkan). Buku ini juga gratis dan dikirimkan dalam jumlah terbatas.

  67. rohman
    25 Agustus, 2012 pukul 11:59 am

    wali songo itu benar trz ajaran siti jenar juga benar,,wali songo ngajarin ilmu tentang mngenal allah swt kpda masyarakat sperti sahadat,sholat,alqur’an DLL,,sdngkan siti jenar mngajarkan ilmu jawa/kejawen,,beliau cuman takut ajaran siti jenar bisa mnyimpang dari ajaran ilmu wali songo,,itu yg q tau sob cerita’y sorry klo salahh ea ma’af,,,,,,,

  68. 24 September, 2012 pukul 9:08 am

    Sungguh besar jasa para wali yang telah menyebarkan Islam di Nusantara

  69. lord dimaz
    5 November, 2012 pukul 2:45 am

    aku akan tuntun nnt dakhirat yg bilang ajarannya sesat…. beliau itu sdh tingka makrifat sdh berbicara tenteng allah….. kelas SD tdk mampu dan memikirkan ajaran beliau….. syeikh siti jenar sdh dapat apa yg perna allah katakan pda nabi musa{HAY MUSA JIKA KAMU ADA PADA DIRIMU AKU TDK ADA, JIKA AKU ADA KAMU TDK ADA PADA DIRIMU……

  70. manggala
    8 Januari, 2013 pukul 2:15 pm

    …… Jangan lupakan bumimu dimana kalian lahir disanalah kau ……?
    – pahami hidup,
    – bahasa hidup, –
    – kebesaran dan kenikmatan hidup, –
    – Energi dan saripati hidupmu dengan penuh kebanggaan,
    sejarah biarlah sejarah menjadi pengarah tradisi yang kadang lahir dari negeri tak karuan dari kepentingan dan menambah repot kehidupan, semua tak da bedanya kecuali menelisik diri masing-masing cari pencerahan.
    …… jangan berebut bahasa sebab hanyalah pengantar tujuan,
    …… jangan berebut kehebatan sebab hanyalah pengantar kemurkaan duniawi,
    namun satu yang harus diperebutkan yaitu menemukan kitab kudrati setelah lama terpendam.

  71. 16 Januari, 2013 pukul 1:38 am

    Yang jelas, Para wali songo lebih besar pengaruhnya dalam dakwah.

  1. 20 November, 2007 pukul 7:02 pm

Tinggalkan Balasan ke Djenambang Bin Tandjak Batalkan balasan