Beranda > Modernisasi > Jepang Modern, Tradisi Koheren

Jepang Modern, Tradisi Koheren

Tradisi bila tetap dijaga ternyata tidak serta merta mendapat julukan yang kurang enak:  tradisionalis, kolot dan kuno. Sebaliknya, bagi masyarakat Jepang tidaklah demikian. Jepang, sebuah negara yang memperoleh kesuksesan menjadi negara modern dan patut dicontoh bagi negara-negara berkembang di Asia, justru maju dan modern karena menunggangi nilai-nilai tradisinya. Nilai-nilai tradisi apakah yang tetap diusung Jepang dalam menapaki dirinya hingga berhasil mengimbangi negara-negara maju di Amerika dan Eropa lainnya? 

Untuk memahami proses perjalanan panjang mengapa negara Jepang bisa maju dan berkembang menjadi negara modern perlu memahami sejarahnya yang panjang berliku. Setidaknya, ada dua masa dimana Jepang bisa mengantarkannya menjadi jadi negara modern: Pertama Masa Jengoku Jidai atau zaman Tokugawa (masa perang)  berkisar antara abad XV – XVII. Pada masa ini para Samurai menjadi pasukan bela negara yang kuat dan merupakan kelas masyarakat tertinggi di
sana.  
 Kedua, masa Restorasi Meiji (masa damai) berkisar dari abad XVII – XIX. Masa 200 tahun damai ini, para samurai tidak lagi menjadi gangster (tukang berkelahi) tetapi mengabdi menjadi guru dan mengajari anak-anak orang-orang kaya (kelas pedagang). Di Jepang waktu itu, kelas tertinggi diduduki Samurai, Ksatria, Pedagang, Petani dan beberapa kelas di bawahnya lagi.  

kimonoSetelah melewati masa damai selama 200 tahun ini (Restorasi Meiji) jepang memiiliki modal yang cukup untuk maju. Bayangkan tingkat melek huruf orang jepang waktu itu sudah hampir 100% (98%). Bandingkan dengan Eropa saat itu hanya berkisar antara 60-70% saja. Lebih parah lagi jika dibandingkan dengan Indonesia yang sekarang tingkat kelulusan S1 saja hanya 20% dari total jumlah penduduk. Sedangkan yang lulus SD berkisar 60-70%.  Tentu saja negara Jepang waktu itu, dengan modal masyarakat yang sudah berhasil melek huruf hampir 100% ini kemudian para samurai berpikir apakah tetap bertahan atau ingin maju terus dikembangkan menjadi negar modern. Dari pemikiran inilah para samurai yang berpikir maju kemudian memilih agar negaranya terus dibangun menuju masyarakat modern.  

Dari sinilah maka anak-anak kelas pedagang yang cerdas dikirmlah ke Eropa untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan untuk membekali para pelajar agar menguasai dunia kelautan mereka dikirim ke Inggris. Sebab Inggris dianggap waktu itu sebagai negara yang sangat kuat maritimnya.  Satu hal lagi faktor kaisar di Jepang yang sangat mendukung modernisasi adalah prinsip kenno atau sebuah posisi kekaisaran.

Di Jepang, kaisar memegang peranan yang sangat penting bagi masyarakatnya. Jika kaisar menginginkan agar negaranya kuat dan ingin memilih Eropa sebagai tujuan belajarnya, maka proses menuju itu sangatlah  mudah. Kebetulan Kaisar Meiji pikirannya sangat visioner.  

Pandangan terhadap Tradisi

Tradisi bagi masyarakat jepang adalah sesuatu yang tidaklah kaku sebagaimana pandangan kita selama ini. Jika kita ingat ada film Oshin yang pernah tenar di Indonesia, kita bisa melihat di sana tokoh Oshin memakai kimono, berambut panjang dan kesan-kesan fisik lainnya. Namun sekarang, sebagaimana sering kita melihat artis-artis Indonesia berkiblat pada mode pakaian para ABG (anak baru gede) dan remaja Jepang: berambut pirang, bercat dan pakaian dengan style khas. Ini bisa dilihat pada gaya pakaian artis cantik Maia dan Mulan Kwok (grup Ratu) dan penyanyi muda berbakat.  

Dari sini kemudian kita bertanya: Apakah mereka menghargai tradisi Jepang atau tidak? Kesan kita selama ini, orang Jepang itu pakai kimono, berambut panjang, dan kesan-kesan fisik lainnya. Tapi yang disebut tradisi di Jepang itu bukanlah itu semua, tapi spirit untuk memadukan antara kehendak untuk maju dengan spirit mempertahankan budaya. Simbol-simbol tradisinya bisa hilang, tapi spirit selalu ada dalam dada mereka. Mereka bisa mengatakan, saya orang Jepang, walau rambut saya merah.   Disamping itu, hingga saat ini, banyak orang-orang kita menganggap bahwa gaya bekerja orang Jepang sangat tinggi, dan sangat keras. Rupanya, antusias untuk maju begitu kuat di dada mereka.

Darimanakah semangat yang begitu keras di dapatkan. Ternyata, bukan dari siapa-siapa dan bukan dari orang luar tetapi dari spirit para guru-guru samurai yang diturunkan murid-murid pedagang. Spirit itulah  yang sekarang masih ada dan menyatu pada diri dan membentuk kepribadian orang Jepang. Keuletan bekerja dengan jam kerja yang lebih panjang dari orang Barat itu jugalah yang membuat orang Barat geleng-geleng kepala. Mereka seakan-akan hidup untuk, bukan bekerja untuk hidup. Dari kacamata ilmu sosial ada istilah virus kemajuan (need for achievement) itu kini terbentuk di masyarakat Jepang. Sebuah tradisi yang begitu menggelorakan semangat untuk maju justeru lahir dari budayanya atau kultur sendiri.  

Modernisasi tetap membawa kulturDengan jiwa dan mental yang telah begitu kuat tradisinya, maka Jepang hingga saat ini begitu menjunjung tinggi nilai-nilai semangat dan penghargaan terhadap human relation. Bagi orang Jepang, membina hubungan dengan orang lain sangat dijaga. Karenanya tidak heran, kini,  mereka tidak suka berbohong jika berjanji dengan orang Jepang jam 1 misalnya mereka akan datang jam satu. Begitu juga untuk antri membeli tiket dan antri di restoran, mereka sangat menghargainya dan mau ikut antri. Padahal, kita orang Indonesia yang mayoritas muslim, sebenarnya mampu menjadi tertib dan tertata dalam kehidupan jika mau.   

Jika hal-hal sepele saja mereka perhatikan pantaslah kemudian, Jepang begitu tertata dalam pergaulan di masyarakatnya. Orang Jepang memang lebih suka moralitas, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Seperti penjelasan di atas, bagi Jepang, jati diri yang penting bagi bukanlah simbol luarnya, bukan warna rambutnya, tapi lebih pada nilai-nilai atau values yang tertanam dalam diri setiap pribadi mereka. Pertanyaan dari masalah ini, sanggupkah kita orang Indonesia yang juga memiliki kultur kuat secara tradisi juga secara agama baik dari agama manapun, maka adakah keinginan kuat untuk bisa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan tetap menjaga tradisinya sendiri, bukan tradisi impor yang diambil dari para importir? Ya, tentu saja penulis berharap bisa dan sanggup. Kalau begitu hanya tinggal bergumam: Amin.

sumber gambar nyari-nyari  di Jepang

Kategori:Modernisasi
  1. 16 Mei, 2007 pukul 3:09 pm

    Wah pak, kalo gambar yang paling bawah tuh, saya pernah naikin. Larinya kenceng banget sampe bikin telinga sakit.

    ———-
    waah selamat! hebat sampean sih bukan mereka-reka tentang Jepang yaa, lebih dari itu sampean bisa merasakan, dan menikmati fasilitas hidup di sana… tapi benarkah apa yang saya tulis ini adalah keadaan sebenarnya? plsss dijawab mohon dikoreksi jika salah dan tidak sesuai dengan keadaan Jepang… tq 🙂

  2. 17 Mei, 2007 pukul 12:30 am

    Kita punya tradisi kuat untuk maju dan belajar. Contoh, pagi hingga siang anak-anak dan remaja pergi sekolah, sorenya belajar mengaji (atau belajar atau les), malamnya belajar di rumah (umumnya begini sih). Kalo nyantri di pesantren yang punya blog lebih paham 🙂
    Disamping itu nilai-nilai silaturahmi dan adab masih berjalan melalui berbagai bentuk. Entah mengapa modal kuat tersebut seolah belum cukup sebagai pendorong untuk maju. Menurut saya, pendidikan formal dan informal masih sangat kurang di negeri ini, baik kuantitas maupun kualitas. Entahlah …

  3. 17 Mei, 2007 pukul 9:13 pm

    #cakmoki
    duuuh benar banget kita tidak kalah dengan Jepang dalam bertradisi. Jika Jepang punya salam hormat seperti ruku dalam sholat, kita punya segalanya.. bahkan berhubungan dengan sang Khalik… Juga benar silaturahim pun kita telah mengurat akar hingga kini… tapi benar tak membantu yaa..

    jadi pendidikan formal yang Cak… inipun setuju banget.. para pelajar pesantren atau sekolah umum.. mesti menggali nilai2 dari pendidkan formal dan tentu penguasaan teknologi yaa Cak…

  4. 18 Mei, 2007 pukul 12:10 pm

    rasa nasionalisme yg tinggi-lah yg bisa bikin suatu bangsa jadi maju dan diperhitungkan… dan rasa nasionalisme yg tinggi jugalah yg membuat suatu bangsa bersatu …

    yup … jepang adalah salah satu negara yg menjunjung tinggi nasionalisme berdasarkan budayanya… jerman juga begitu …. seberapapun tingginya kualitas pendidikan, akan percuma kalo tidak dibarengi doktrin2 nasionalisme… orang2 brilian tanpa nasionalisme hanya akan membuat bangsa ini terpuruk

    knp nasionalisme harus di-utama-kan ? … karena Indonesia bukan negara agama…

    ::: komen-ku ini OOT ngga ya ??? :::

  5. 21 Mei, 2007 pukul 4:22 pm

    hmmm sebuah pemaknaan yang tak perlu banyak cakap tapi mengena…. semakin mencemerlangkan kaca yang berkabut.. so, komentmu benar-benar OOT [O]keh banget L[o]h [t]eh…. 🙂

  6. 22 Mei, 2007 pukul 7:18 am

    Kapan ya Indonesia bisa maju tetapi tetap menghargai kebudayaan,,,???

    ———–
    kapan2 kita bicarakan yuk kang Deking sama pak SBY hehehe… *mode garuk2 kepala on*

  7. 22 Mei, 2007 pukul 8:55 pm

    Bushido atau kode etik samurai masih dipegang oleh sebagian besar rakyat Jepang. Meskipun banyak anak mudanya yang bergaya modern, misalnya Harajuku style, mereka tetap mempunyai ciri khas tersendiri yang terikat pada tradisi. Misalnya dengan melahirkan aliran Rock baru, yang disebut J-Rock.
    Lha Indonesia? Boro-boro melestarikan budaya dan tradisi…liat orang pakai kebaya aja malah digosipin yang nggak-nggak….ckckckck

    —————–
    hahaha jeli sekali pengamtanmu, kang Lee (jadi inget Jet Lee)… iyaa pake batik dan kebaya dianggap kuno.. padahal yang ngece itu juga adalah produk dari kekunoan… ya

  8. Amd
    23 Mei, 2007 pukul 5:23 pm

    IMHO, mungkin perbedaannya itu di keberhasilan meng-sinkronisasi-kan dua kebudayaan itu ya Pak?

    —————-
    sepengetahuan dari kabar2 begitu. itulah maka saya jadi terperangah sebuah kebudayaan yang bisa koheren (menyatu) dan sinergis dengan modernisasi.. kapaaaaaaaaaaaan indonesia bisaa… harus bisa! ya kang Amd? 🙂

  9. mei
    24 Mei, 2007 pukul 11:14 am

    tapi jepang juga punya tingkat harakiri yang tinggi, mungkin karena tekanan hidup juga yang berat(exp seperti jam kerja yang lbh panjang dari orang barat)

    —————-
    yaa… betul bunuh diri memang sesuatu yang sangat berbeda sudut pandang bagi kita.. dan kita tak perlu meniru itu kan ya. itulah mungkin salah satu dari konsekwensi modernitas kali yaa… halah g ngerti ke situ2 mbak mei.. 🙂

  10. 25 Mei, 2007 pukul 10:59 pm

    Indonesia modern?
    Waduh-waduh ketika mencoba menerapkan dua budaya yang paling mewakili kita yaitu budaya ramah dan budaya peduli di Jakarta kita mungkin akan dicurigai atau dalam kondisi yang lebih baik akan di tjap “kampoengan”

    ——————
    hahah benar sekali kang Fadli. orang jujur dianggap kuno, orang mau menolong baik2 dicurigai ada apa2nya.. lalu bagaimana dong bang Fadli yaa caranya… masak separah ini yaa saudara2 kita?

  11. rhey
    27 Mei, 2007 pukul 3:29 am

    sebagai masyarakat bangsa indonesia seharusnya kita mencontoh apa yang diterapkan oleh bangsa jepang.tapi bukan berarti kita mencontoh budaya mereka,yg kita contoh adalah rasa bangga akan budaya dan adat istiadat bangsa sendiri.kita ini negara timur apa tidak sebaiknya kita menjunjung norma dan budaya sebagai ‘orang timur’??contohnya saja dalam hal berpakaian… mengapa banyak diantara kita yang ikut-ikutan fashion budaya barat??..sepertinya…..kita mulai kehilangan jati diri………hiks…!!!

    ——————-
    Jati diri betul.. saya juga ikut hiks…!!! memang jati diri rupanya entah menghilang kemana dia. jadi ingat lagu iwan fals.. tapi lagu apaa yaa.. yaa lupa deh… btw. jangan ikut2 budaya saya setuju. kita sendiri kan sudah punya budaya.. tapi jeng/mas rhey katanya kalau gak ikut barat, katanya kampungan dan ga berharga… heheh makasih mampir.. mana nih blognya… 🙂

  12. rhey
    27 Mei, 2007 pukul 3:41 am

    saya ingin menanggapi komentar mei……..
    saya pernah dengar bahwa mereka harakiri bukan karena tekanan kerja,tapi mereka sangat menjunjung nama baik.mereka punya prinsip lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup menanggung malu……..hiks..tragis ya????!!!

    ——————-
    hmm sebuah konsekwensi lagi yaa.. menanggung malu adalah sebuah kehinaan yaa.. di kita malu itu bisa tertawa.. tuh lihat saja yang tengah di tuduh korupsi wajahnya tetap sumringah.. bandingkan di salah satu negara Asena wajah mereka jika pejabat di giring ke pengadilan, wajahnya ditutup koran….. ini juga tak kalah tragis yaa… : hiks juga!!

  13. 27 Mei, 2007 pukul 11:22 am

    yup,apa yang bung santri buntet tulis diatas memang betul menggambarkan sisi orang jepang.dan menurut saya yang sampai saat ini masih tinggal di jepang,ada satu prinsip orang jepang yang patut kita tiru “kalau mau makan ya kerja,kalau gak kerja berarti gak makan alias mati!!!!!”kita orang indonesia yang katanya “beragama” mungkin terlalu tergesa-gesa menyerahkan semuanya kepada “takdir” Nya.sehingga terlalu loyo……………………….dan ga punya semangat tuk kerja!

    -=————–
    hahaha makasih semakin melengkapi artikel di atas… kang Muhsin lebih tahu persis yaa dengan mereka. beda konsep takdir-Nya kita dengan mereka mungkin kalau kita usaha belakangan takdir di duluin.. kalau mereka kerja dulu takdir belakangan… aku pilih yang kedua. .. makasih kagn Muhsin… btw… di JPN dah lama bos.??

  14. ten
    10 Juni, 2007 pukul 3:06 pm

    negara kita tanpa pancasila akan hancur, karena dalam suatu bangsa yang majemuk seperti Indonesia ini, yang celaka banget. kenapa?

  15. ai_akanishi
    21 Juni, 2007 pukul 6:00 pm

    kalo aku sih mikirnya setiap negara memiliki unggulan masing2.karena apa yang dipunya indonesia dipunya jepang dan sebaliknya.orang jepang yang menagagumi tradisi indonesia juga ada kok dan sebalaiknya. walau teknologi dan cara hidup dan pandangan berbeda.
    sama seperti indonesia yang memiliki banyak budaya, walau 1 negara tapi kehidupan di jakarta dan irian jaya atau yogya pasti berbeda.

  16. 21 Juni, 2007 pukul 9:20 pm

    sbenarnya jepang dengan indonesia tidak ada bedanya. bedanya cuman terletak pada tatanan kehidupan masyarakatnya. dalam arti yang lebih mengena adalah “pola pikir manusia” yang menghuni 2 negara tersebut. celakanya, jaman kolonial belanda menyisakan budaya yang tidak sedikit berimbas pada pola pikir dan pola hidup masyarakat indonesia kebanyakan. akhirnya, lihatlah, begitu mudahnya muncul kata “rendah diri (rendah hati namun ya terlalu merendah dalam versi manusia indonesia loh), ngga pe de an, bukan mental majikan (cenderung ke pelayan), dan tidak berdaya dengan bangsa lain yang notabene “sama dalam harkat dan martabatnya”).

    kalau kita mau kuat, mulai sekarang seyogyanya kita membiasakan diri untuk tidak minder berkepribadian indonesia, sebagai pengejawantahan cinta kepada bangsa sendiri. dengan demikian kita (saya yakin sekalee) tidak akan ada bedanya dengan bangsa lain. malahan, bangsa lain akan respect pada kita.

    kembali lagi ke hati masing-masing ^ ^

  17. 24 Juni, 2007 pukul 12:51 am

    shinobigatakutmati
    🙂 🙂 🙂 🙂 masukan yang berarti.. thanks

  18. 24 Juni, 2007 pukul 12:56 am

    ten
    jadi intinya Pancasial itu hanya untuk menjawab kemajemukan … sepakat!

    ai_akanishi
    setuju… 🙂 yang penting sama2 mengakui kekurangan dan menambalnya… 🙂 begitu kah maksudnyaa

  19. siti zainaria
    22 Juli, 2007 pukul 7:46 am

    orang tertinggi di duni

  20. shery
    23 Agustus, 2007 pukul 10:49 am

    Menurut saya Qita seharusnya meniru jejak masyarakat jepang yang saat ini mernjadi negara yang maju dalam bidang teknologinya maupun dalam bidang pendidikannya. Mereka dapat seperti itu karena ketekunan mereka dan adanya prinsip untuk memajukan negaranya.
    Seperti yang saya ketahui, orang jepang itu ada istilah KAROSHI yang berarti “Mati Karena Banyak Bekerja”. Nah… dari situ dapat kita liat sampai dimana ketekunan mereka. Kalau kita, apalagi yang pegawai negrinya ada sebagian yang acuh tak acuh dengan pekerjaannya, karena mereka merasa bekerja tak bekerja pun tetap bergaji. oleh karena itu kapan bangsa kita maju??…. Apalagi kalau istilah “KKN” juga masih tetap berakar!!!!

  21. 23 Agustus, 2007 pukul 5:06 pm

    Sepakat! bekerja keras, bekerja disiplin dan bertanggung jawab. 🙂 nice comments Shery 🙂

  22. agus kichi hermansyah
    5 September, 2007 pukul 5:38 pm

    sebagai umat yang percaya akan Tuhan maka seharusnya kita bersyukur, tidaklah sangat baik jika kita hanya bisa meniru dari orang, mengapa orang bisa kok kita gak bisa?????????? setiap orang yang dilahirkan kedunia pasti punya kelebihan dan kekurangan, gak etis menurur saya kalo kita harus mencontoh orang jepang, jadi menurut saya jadilah aja diri sendiri kawan, ok!!!!!!!!!!!!!!

  23. Novita
    27 September, 2007 pukul 9:45 am

    saya baru gab. dan baru menikmati suasana Jepang, memang bagus dengan peradaban yang modern tanpa mengesampingkan tradisinya, kalau di Indonesia bagaikan berusia balita yang baru berkembang tetapi masih banyak ditemukan tradisi yang masih dipegang misalnya upacara pernikahan / upacara selama dan sesudah melahirkan ….

    @Novita
    selamat bisa menikmati kenikmatan ala Jepang, nanti bagi2 yaa jangan dinikmati sendiri heheh 🙂

  24. Yuliana
    4 Oktober, 2007 pukul 2:15 pm

    Wahhhhh… bagus ya articlenya. Dengan adanya article ini menambah pengetahuan saya tentang tradisi kebudayaan Jepang.
    Klo punya article-2 yang berhubungan dengan Jepang, kirim-2 yuph 🙂

  25. 24 Oktober, 2007 pukul 6:59 pm

    klo menurut saya jepang adalah negara yang paling pantas di tiru oleh kita di indonesia.karena mereka maju tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa.

  26. 15 November, 2007 pukul 3:47 pm

    memang sih negara jepang itu sudah lebih maju dari masa mereka dahulu, itu kerana mereka giat untuk berusaha merubah apa yang menjadi kekurangan mereka.jadi, seharusnya kita sebagai warga didalam sebuah negara juga harus seperti mereka.terima kasih

  27. checheu
    16 November, 2007 pukul 1:26 pm

    Jepang adalah negara yang perlu kita tiru, kegigihan mereka untuk maju sangat tinggi. mereka pantang menyerah untuk mencapai suatu keinginan.
    Pada dasar nya kita Bangsa Indonesia bisa seperti mereka, dan itu tergantung dari individu masing-masing. apakah kita ingin maju seperti mereka atau hanya jalan di tempat?
    Ada banyak hal yang perlu kita contoh dari mereka, misalnya kedisiplinan mereka dalam bekerja. Mereka sangat menghargai waktu dan menjaga kepercayaan.

    Coba kita mulai untuk introspeksi diri. Kita bisa seperti mereka.
    Kita boleh memikirkan Indonesia, tp juga harus memikirkan diri kita untuk kemajuan Bangsa.
    Semua di awali dari warga negaranya, setelah itu meningkat ke Negaranya.
    Berusahalah untuk me manage Diri Sendiri.
    Terima Kasih

  28. lee
    29 November, 2007 pukul 4:05 pm

    kapaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan saudara2 qt nyadar?????????? setidaknya budaya ok bang!

  29. dee
    29 November, 2007 pukul 4:09 pm

    jepang ok banget…………………….. tapi indonesia tetep nomor satu bang!!!!!!!!!!!!!! so jgn lp lestarikan budaya qt,,,,,,,,,

  30. 5 Desember, 2007 pukul 12:45 pm

    mas… ini rada gak nyambung ya…maaf semuanya, aku lagi bikin blog diworpress, tapi blm bisa munculin bilik komentar, caranya gimana ya biar bisa dikomentari spt ini, matur nuwun. wah rada katrok nih.

  31. r4m4_san
    3 Januari, 2008 pukul 8:22 am

    hal-hal tersebut….yang memacu qu untuk mengetahui kebenaran indahnya kebudayaan jepang…yah meski belum tercapai …….tapi keoptimisan adalah kuncinya…ya kan….

    aduhai…tuh jepang….bukan maksudnya mengecilkan indonesia..tapi aqu ngerasanya indonesia kurang respect aja terhadap kebudayaanya sendiri ampe kecolongan mulu…hiks2…

    paling tidak keramah tamahan orang jepang yang ingin sekali aqu wujudkan di indonesia ini….bisa ga ya……

    arigato gozaimasu…

    Ganbari mashoo…

    ja mata

  32. herio_
    8 Januari, 2008 pukul 9:01 pm

    klu ada istilah ” hidup untuk bekerja ” memang sedikit banyak saya akui….di perusahaan tempat saya bekerja
    dari 20 karyawan yg sedang kerja di sini…9 diantaranya adalah aki aki yg umurnya lbh dari 50 thn….8 orang indo dan sisanya orang jepang yg usianya dah 30 lbh!
    bahkan ada yg umurnya dah 70 thn lbh…saya sendiri jg heran > mereka begitu semangat seolah tidak menghiraukan dgn usianya yg mkn renta…
    klu orang2 kita kan kebanyakan umur segitu dah nimang cucu dan menikmati masa tua…tp buat orang jpng…wlpun dah menerima uang pensiun untuk bekal hari tuanya…tp seolah2 tidak mau berdiam diri di rumah nonton tv…
    tetap aja msh bekerja buat cari uang tambahan!
    jadi mnrt saya …yg sulit ditandingi dari kebiasaan orang jpn itu adalah massa/ lamanya mereka bekerja!
    tp klu masalh disiplin dan kekuatan fisik sbnernya itu relatif…banyak kok orang jpng yg kerjanya lambat dan berantakan!
    mnrt saya seh orang jpng sangat enjoy dgn pekerjaanya
    tidak lbh krna peralatan di sini bner2 udah lengkap dan praktis…semuanya serba pencet dan menyenangkan!
    bandingkan dgn tempat kita….yg 70% msh pake otot! gmn bisa senang…>
    mulai dari alat pertanian sampai peralatan konstruksi disini sangat canggih…
    sawah 1 ha mkn cukup ditangani oleh 2 orang aja…baik itu penanaman bibitnya maupun panennya! tempat kita mana bisa??
    krna untuk menanam maupun memanen semuanya dah pake mesin> dan kebetulan kanan kiri di perusahaan saya adalah sawah > jadi saya tau persis keadaanya!

    klu menrtku seh …orang indo lbh kuat dari segi fisiknya>
    selama hampir 3thn kerja disini….blm pnh liat orang jpng kerja lembur sampai malem, kecuali klu kepepet dpt perintah dari atasan…baru mau kerja lembur!
    plg banter kerja mereka cuma 8 jam sehari…
    itupun hari sabtu libur 3 kali!

    satu2nya budaya yg membuat saya salut itu adalh massa pengabdianya…mereka begitu sabar dan tabah!
    seolah2 hidup untuk bekerja….!
    bukan pada kekuatan fisiknya…kalah jauh ama orang indo!

    arigatto….

  33. faizah
    14 Februari, 2008 pukul 10:37 am

    tuhan tidak akan merubah nasib bangsa yang tidak mau merubah nasibnya,okey

  34. Hepsa_chan
    24 Oktober, 2008 pukul 3:35 pm

    haha… jepang emang keren. padahal belum lama mereka dibom di hiroshima en nagasaki tapi langsung bisa bangun, berdiri dan bangkit dengan sekuat tenaga hingga menjadi negara paling maju di Asia. Keren! saluut!
    Mungkin karena kaisarnya yang hebat ya? yang pertama kali beliau perhitungkan adalah jumlah guru yang tersisa, kan? berarti beliau tahu, ngerti dan paham bahwa guru tuh salah satu organ vital negara. sementara di Indonesia? haihhh… banyak nih yang perlu kita koreksi dalam bangsa ini!
    terlebih lagi mereka nggak pernah melupakan kebudayaannya. malah bangga banget! perayaan dan festival masih sering digelar, anak-anak mud masih seneng pakai yukata, kimono, dan masih banyak ekskul-ekskul yang berhubungan dengan kebudayaan kayak upacara minum teh, atau ekskul tarian klasik. huhuhuhuhu.

    saya sebagai anak mudapun, sedikit (banyak mungkin?) merasa tersindir akan keadaan tersebut. yaghh… saya sendiri masih adem adem aja berbagai kebudayaan bangsa kita direbut. malah enak-enakan ngikutin jfest dan ikut cosplay plus bikin kimono n ngoleksi manga, anime, dan segala sesuatu yang berbau jepang. hahaha

    Oya, bang herio, dikau kerja di japan ya?? wagh, sekarang hep lagi ngincer bea monbusho negh!! kira2 gimana cara dapetinnya ya? pokoknya, aku ingin kuliah di Jepang! di TODAI!!! hahahaha
    (pengkhianat bangsa)

  35. ichiban
    20 November, 2008 pukul 6:45 am

    hooooooho..
    jepang memang keren abisslah…
    udah dianda bom, tapi masih bisa maju….
    salut deh bwt japang….

    mari berjuang untuk maenjadikan indonesia menjadi lebih baik dengan singsingan lengan kita…..

    ichi pengen pergi ke jepang do’ain ya semuanya…………

  36. O.D
    16 Januari, 2009 pukul 2:19 pm

    semuanya bener, tapi jangan melenceng dari tajuk utama. saat ini ada 35 orang yang sudah berkomentar tentang setujunya moralitas bangsa kita ditingkatkan. ayo, mari sama dari diri setiap kita punyailah hati yang memberi bukan hati yang trus menerus meminta dan bersungut-sungut. mulai dari kita, komitmenlah beri dampak posotif buat sekitar kita. memberi diri untuk melayani sesama kita, beri teladan dengan modal nilai2 luhur bangsa kita. itu baru namanya pahlawan INDONESIA, kita pasti bisa. karena apa yang kita tabur pasti kita dan keturunan kita akan menuainya. dan jangan lupa, ajarkan pada anak cucu kita sesuatu yang membangun, bukan yang menghancurkan. karena mereka adalah aset bangsa ini..

    friendster: dewakirana23@yahoo.com

  37. indra
    12 Februari, 2009 pukul 1:04 am

    mang bener .kalo gk modern , brarti bukan jepang. siapa hayooooooooo???

  38. poppy
    26 Februari, 2009 pukul 2:34 pm

    wah. salut deh tuk japan……
    dah jadI negara yang berkembang, truzjadi negara yang moDern n negara yang tertib hukum lageeeeeeee.

  39. 27 Maret, 2009 pukul 12:21 am

    bagus sekali artikelnya pak!!!

    menggugah spirit…

    semoga bangsa indonesia bisa lebih baik…

  40. amir fiqi
    2 April, 2009 pukul 10:36 am

    setelah saya baca artikel anda tentang jepang, saya memberi respon yang sangat bagus bagi anda. anda telah memberikan penjelasan walaupun sedikit tapi menurut saya itu bisa memberikan energi bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.
    saya hanya ingin memberi tanggapan sedikit bagi anda, dalam artikel bapak setidaknya memberikan gambaran sedikit bagaimana negara yang kecil itu bisa menjadi negara yang diperhitungakn di kancah internasional, mungkin dari segi etika, agama , atau norma yang bisa merubah jepang seperti itu.

  41. winie
    4 April, 2009 pukul 2:44 pm

    makasi ya artikelnya,..lagi ajang bantu adik wat tugaz neeh .. ..

    oya,..sebagus apapun japan,.kaya’a lebih baguz indonesia deeh,…
    bneer kagak???!!!
    negeri qt cndirii …
    eheeexxx . . .

  42. jengkellin
    17 April, 2009 pukul 11:31 am

    saya sangat suka sekali dengan kebudayaan jepang karena menurut saya sangat unik sekali.untuk itu saya ingin menguasai bhs jepang.dan saya sangat bersyukur sekali sekarang ini saya masuk di salah satu Universitas terkemuka di jepang,

  43. hiskia
    14 Mei, 2009 pukul 11:09 am

    baiklah kiranya kita tetap perlu mencontoh Jepang demi kemajuan yang kita dambakan. Evaluasi..ya evaluasi sangat penting bagi orang2 yang ingin dapat progress. Bagaimana tidak..2 kali dlm perharinya Jepang mengadakan evaluasi dr apa yang dilakukannya. Pagi hari mengawali kerja mereka mengevaluasi hari kmrin, sore selesai kerja mereka mengevaluasi apa yg sudah dikerjakan hari sekarang, otomatis hari besok akan diawali dengan langkah pasti

  44. 5 Oktober, 2010 pukul 8:39 pm

    terkadang kita semua memang harus menjaga tradisi kita sendiri
    semoga saja tradisi seperti kimono tetap terjaga

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke faizah Batalkan balasan