Update: Selamat Natal Versi Al Quran?
Warning: Maaf postingan ini hanya catatan kegelisahan saya pribadi karena selama ini mendapat informasi linier tentang ajaran agama entah darimana yaitu kebencian pada non muslim dari kecil. Mumpung bisa ngeblog dan banyak informasi tinggal copy paste, maka apa sih liku-liku natal itu juga bagaimana quran menyikapinya. Mohon yang lain jangan terpengaruh Ndobos saya ini. Please deh ah..
Bismillahirrahmanirrahim
“Dan salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku (Isa: Jesus), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan meninggal dan pada hari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam: 33).
Benarkah itu ucapakan selamat natal atau kelahiran Nabi Isa as versi Al qur’an? itulah pertanyaan saya kepada saya sendiri. Karena ketidakmengertian itu maka saya menulis ini. Pusing melihat banyak tulisan dan pemahaman selama ini tentang masalah perbedaan agama yang juga dipungut sama-sama dari al Quran. Sementara ayat quran yang langsung bicara kelahiran Nabi Isa as justru bicaranya bertolak belakang. Ini kumaha. Would u please can answer this?
Ucapan selamat Natal bagi umat Kristiani rame di blogsphere. Ada yang pro ada yang kontra hingga mengharamkan karena kafir pada apapun bentuknya; ada yang sekedar berpandangan omong kosong masalah natal bersama. Tapi ada yang mengakses dari sudut sejarah. Ada pula sukut alias diam saja atau tanpa dikasih judul dan ada pula yang memasang banner. Tapi ulama Indonesia seperti MUI dan dan Prof. Dr. Quraisy Shihab tidak melarangnya. Dan ternyata ada hal unik cara pengungkapan Al Qur’an memaknai Natal itu.
Kalau saya sih, lahir di sini, berKTP di Indonesia terus ngajinya juga dengan para ulama yang ada di sini. Maka ya pikiran simpel saya mengikuti ulama di sini. Ada juga sih yang ngajinya di sini, tapi pikirannya di sana.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam sangat unik sekali dan lengkap dalam memberikan ucapan. Jika Hari Natal, hanya merayakan kelahiran Nabi Isa (Jesus Kristus), Al-Quran, memberi selamat pada tiga momen sekaligus: saat kelahiran, wafat, dan kebangkitan kembali. “Dan salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku (Isa: Jesus), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan meninggal dan pada hari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam: 33). Itulah, perayaan Natal “plus” versi Al-Quran. (Koran Tempo, Sabtu, 24 Desember 2005).
Kemudian Al Quran pun menulis ayat-ayatnya bahwa di dunia ini banyak agama. Quran menyebutkan agama Islam, Yahudi, Kristen, Shabiin. Selama ayat itu masih ada, berarti realitas perbedaan agama di masyarakat dunia ini masih tetap ada. Quran saja begitu mengakui perbedaan.
Ternyata Al-Quran memiliki cara tersendiri dalam ucapan kelahiran Isa Al Masih itu. Akhirnya, Selamat Merayakan Hari Natal. Wallahu a’lam.
Fatwa MUI tidak melarang ucapan Natal
Prof. Dr. Quraisy Shihab menjelaskan lebih rinci Natal versi Al Quran
Bagi yang biasa baca huruf hijaiyah ada kumpulan Tafsir ayat tersebut
Idul Adha ada juga di Gereja Surabaya
Din Syamsuddin, Diundang Natal Bersama
Din Syamsudin tidak Larang Hadiri Perayaan & Ucapan Selamat Natal
Presiden Palestina, Mahmud Abbas diizinkan Israel Masuk di Jalur Gaza untuk Menghadiri Misa ( Satu tanda perubahan tampak di Bethlehem, Kota Kelahiran Nabi Isa as. Israel mengizinkan Abbas, yang beragama Islam, dan para pemimpin Palestina lainnya mengunjungi kota kelahiran Yesus untuk menghadiri misa Natal.)
Yusuf Kalla Natalan ke rumah Theo Sambuaga (Metro TV) Kalla mengatakan: “Kalla bersyukur jika perayaan Natal tahun ini berlangsung lebih aman ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Ia juga mengungkapkan harapannya agar keadaan sosial, ekonomi dan juga kedamaian di Indonesia menjadi lebih baik lagi pada 2008”.
Dalam Tarikh Ibnu Khaldun menulis, Umar bin Khattab Pernah Shalat sendirian di Tangga Gereja di Baitul Maqdis, Palestina. (Umar ibn Khaththab masuk Baytul Maqdis dan sampai ke Gereja Qumamah (Qiyamah), berhenti di plazanya. Waktu sembahyang datang, ia katakan pada Patriak: “Aku hendak sembahyang.” Jawab Patriak: “Sembahyanglah di tempat Anda.” Umar menolak, lalu sembahyang di anak tangga yang ada pada gerbang Gereja, sendirian. Umar yang hidup pada masa Rasullullah, melakukan lompatan-lompatan intelektual yang melampaui zamannya. Dan banyak contoh kasus di mana Umar menimbulkan kontroversi pada masanya.) Tulisan Moh. Sohfan. (kayanya saya kenal deh)
Isteri Gus Dur, Nyai Sinta Nuriah Buka Puasa di Gereja Salib Suci, Bandung. (Membaca berita ini aku jadi teringat Ustad Tanjung, yang mengislamkanku dulu di Balige. Dia berkata, jangankan di rumah orang nasrani atau non-muslim, bahkan di dalam gereja dan vihara pun kita orang Islam bisa melakukan salat, asalkan si pemilik tidak keberatan. – catatan dari bataknews.
Umat Kristen juga diperintahkan Al quran untuk mempraktekkan hukum Injil tertuang dalam surat Al Maidah ayat 47. Hendaklah orang yang berpegang kepada Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya.
Sepertinya Alquran di surat QS, Al-Ahqaf: 35 mengisahkan kelahiran Nabi Isa as itu sangat istimewa. Tanpa ayah. Ini juga diakui oleh kalangan kristiani. Berbeda dengan kelompok Yahudi yang menolak sama sekali kehadiran Isa dan menuduh Maria (ibundanya) sebagai pezina, Tapi justru Alquran menempatkan Isa ke dalam deretan nabi-nabi agung (ulul azmi) bersama dengan Ibrahim, Musa, Nuh, dan Muhammad. [QS, Al-Ahqaf: 35]. Apakah ini merupakan bentuk apresiasi dan pengakuan Islam atas ketokohan Nabi Isa ‘alaihis salam. ?
Bertanya dalam hati: “Kalau orang-orang Kristen dan Yahudi itu membenci Islam sehingga kita menuruti agama mereka, apakah lalu ajaranIslam harus berlaku sama yaitu membenci juga dan disuruh mengikuti ajarankita?” adakah yang bisa menjawab kegelisahan ini?
Bertanya lagi: Benerkah tanggal 25 Desember konon banyak kalangan Muslim mengklaim bukan hari lahir Yesus Kristus. Saya dapat sedikit informasi bahwa Gereja Katolik Roma, Protestan, dan Gereja Katolik Timur seperti Gereja Yunani dan Romawi Ortodok, merayakannya pada 25 Desember. Sementara mayoritas Gereja Ortodok Timur, seperti Gereja Koptik di Mesir, merayakannya pada tanggal 7 Januari. Terus saya ingat dikampung kata kyai, memperingati Maulid Nabi Muhammad saw itu kapan saja. Waktu kecil setiap malam Jum’at marhabanan shalawatan dll. Juga peringatan Maulid Nabi saw tidak pas pada hari 12 Rabiul Awaal.
bersambung… ada yang mau nyumbang informasi?
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menikmati yang pertama, seriusnya menyusul 😉
>>> saya juga alhamdulillah di sana pertamax
Jika sekadar mengucapkan saya rasa it’s okay kan pak?
Kecuali jika ikut ritual, saya rasa ritual keagamaan itu eksklusif. 😀
>>> Yoi Master Gun Lee… dan masalahnya kan gak pantes … orang yagn tengah
bersemedidi WC aja gak boleh diintip apalagi sedang ibadah, nanti gak khusu’…Mudah2an saya tak salah, saya sependapat dengan njenengan pak kurt.. saya kira ucapan natal hanya bentuk penghormatan pada mereka yang merayakannya, tak lebih dan tak kurang. Sebagai bentuk manifestasi kerukunan hidup antar umat beragama. Dan tentunya disertai keyakinan tidak mengurangi hak Allah SWT untuk di-esa-kan..
Mudah2an hidayah Allah masih menaungi kita semua. Amin Allahumma Amin.
>>> Betul kerukunan itulah yang diajarkan para Nabi alaihimussalam para pengikutnya dan para pencinta Tuhan yang gak suka rukun mbuh melu sopo… 🙂
Waduh saya setuju lagi nih. 😀
>> Walah pada doyan
setubuhsetuju yah… 🙂saya setuju dengan panjenengan semua.. 😀
>>> Wah kelompok akur semua ?
Aduh, Mas Kurt, saya jadi mabok, he he he.
>> hahah… mabok apa Ci… oh ternyata sedang rindu di rantau bersama sajakmu yaa..
Ada yang mengatakan Islam melarang ikut Natalan.
Tapi, saya pribadi setuju dengan Mas Kurt.
Bukankah tiap agama mengajarkan kedamaian, tidak membedakan sesama manusia, saling menghormati, bisa hidup rukun antar agama.
>> Iyaa Ci, sebab hidup rukun dan damai itu tidak untuk semuanya itu baik. Contohnya mobil bersalaman sama mobil hahah bisa hancur. Tapi kalau manusia sama manusia sepertinya gak malah empuk yang dirasa.. bukan begitu Non ? 🙂 (Kalau dalam agama entahlah.. stop jangan diprpnjang biar yang ahlinya yang ngomong)
Selamat dulu ya, akhirnya posting juga tulisan ini meski agak sore, he he he. Karena saya sudah ngintip dari pagi, he he.
>>> tahu aja Ci, aku dari pagi sudah nulis buanyak banget dan njlimet tapi semuanya gagal.. ya sutra lahyang ini saja… praktis ekonomis dan sedikit berkumis…
Salut. Mas Kurt memang the best.
>>> halah akhire kok ngr(ayuuuuu… ) 🙂
ohoho…
kok rame di blogspherenya ngelink ke saya?
ah, menurut saya, apa salahnya sih, mengucapkan aja lho… malah bisa nambah keakraban kan? 🙂
asal jangan sampe ikutan misanya segala lho…
😆
>>> iya non, rame sekali di sana sampe terbatuk2 jawab komentnya… kulempar saja bola sembunyikan sepatu…
Saya masukkan di bagian rekomendasi sidebar blog (del.icio.us) lho.
Makasih.
>>> aduh sejauh ngeblog hingga saat ini saya masih gak ngerti delicius, delaprita, yahoodi, sama macam2 deh.. aneh! makasih Lee …
sekedar ngucapin gapapa khan? khan kita harus toleransi juga…
>>> betul sekali Jeng
mbakChika… toleransi seperti inilah yang diungkap oleh ulama asli Indonesia .. lah saya KTPnya di sini gurunya di sini ngajinya di sini yaa ikuti saja yang dekat.. 🙂 eh maaf kepanjangan.“selamat natal”…emmm gak papa2 Pak, saya masih baik2 saja setelah mengucapkan selamat natal, masih normal napas dan detak jantungnya, malah senang soalnya tambah sodara.
🙂
>>> tapi kadang pak tambah sodara tambah r(ejek)i … heheh 🙂
*just kidding, tq *
Kenapa pandangan-pandangan semacam ini sebelumnya kurang ditekankan ya? Pada saat natal atau setelahnya, barulah Indonesia seperti mendapatkan pencerahan. Sebelum natal? Waaa… Jangan ditanya. Argumen demi argumen mengalir deras.
>>> Boleh jadi pak itu dikarenakan masalah teknologi “woro-woro” tidak dimiliki oleh kalangan ini. Sementara masalah sekecil apapun kadang diekspos yang justru masalah itu adalah yang kontradiktif… istilah lain dari mengundang sensi.
Hmm, bukannya MUI masih belum menarik fatwa-nya yang dikeluarkan sejak HAMKA mengeluarkan fatwa tersebut?
Masih jadi polemik juga sih, soalnya data tanggal lahirnya nabi Isa itu sendiri masih simpang siur?
Tapi, mungkin seumur-umur saya tidak akan pernah mengucapkannya 🙂 boleh kan? 🙂
Wallahualam 😉
>>> oh boleh saja pak seperti banyak pihak kita sama-sama masih dalam debatable… semuanya pun berdasar… wallahu’alam.
Walah, kok begini ya… 😀
Mendingan diam saja…. 😀
>>> kadang diam lebih baik dan itu berdasarkan sabda Rasulullah saw: “barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka katakanlah yang baik-baik kalau tidak bisa maka diamlah … ” terima kasih.. dan angkat
topipeci buat kang AL Jupri.ooo…ini toh penjelasannya? ya ya, maapin, saya sempet kesel kemaren baca komentar njenengan, hehehe…maap salah tanggap. maklumlah, saya islam to the bone, tapi paling bete kalo ada sodara2 kita yg terlalu piye (lha piye?), sok bener sendiri, sok suci, merasa dirinya pasti masuk surga sementara kaum yg beragama lain pasti masuk neraka (padahal kan liat2 juga ya?), atau yg paling parah, suka membawa2 nama islam buat membenarkan tindak kekerasan blablabla…waaah bisa panjng kalo ngomong beginian, hehehe…
ok, maap sekali lagi, tp komen njenengan gak saya hapus, biarin aja buat kenang2an. halah apa siiihhh??? 😀
matur nuwun. postingan ini menyejukkan.
>>> Mbook, makasih
berakkoment di sini 🙂 maafkan pula berak koment ku di tempat njenengan bikin (kesal)ahan pula. Tapi dengan begitu si mbok jadi mau kemari… matur nuwun pula yaa… bukannya kalau gak diapusberakkomentku nanti malah ngotori gak? hehehmaaf agak kasar bahasaku yaa…
Karena saya berasal dari keluarga yang kepercayaan nya berbeda-beda, kami terbiasa saling memberi selamat, serta saling menghormati.
Dan saya tetap memberi ucapan selamat merayakan Natal bagi teman-teman yang beragama Kristen Protestan dan Katolik, karena nilai agama kita tak berkurang hanya memberi ucapan selamat.
Ilmu saya dalam bidang agama masih sangat kurang, tapi saya percaya Islam adalah agama yang fleksibel, dan saya tahu Allah swt melihat keimanan seseorang dari amal baiknya, serta apakah kita melakukan kewajiban kita secara yang ada dalam tuntunan agama.
Wassalamu alaikum.
>>> wah makasih atas critanya Bu Enny memberi arti pada artikel ini… Memang akhirnya nurani itu kadangkala bisa dijadikan dai yang baik. Sebagaimana Sabda Nabi: “istaftiii qolbaka” mintalah fatwa (nasehat) pada nuranimu”
Maaf Mas Kurt, Saya hari ini lagi elergi, cari di blog dokter nggak ketemu obatnya, jadi saya coba mampir ke tempat sampeyan. Eh…malah dikasih obat penenang.., lumayan rasa gatelnya agak kurang karena ngantuk.. Teng kyu.
>>> Wah sebab daeng berlayar terus sih… apakah rasa gatel dan alergi itu karena dampak dari ngurusi pilkada kang Daeng yang gak selesai-selesai? heheh
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Nafas saya kembali lega. Kemaren ikut mengerahkan para “taruna santri” buat membantu pengamanan pelaksanaan natal, teduh dan damai. Sekalipun ujung-ujungnya dituding JIL. DI Bandung, alhmadulillah aman terkendali.
Hati-hati Kyai Kurt, bersiaplah dituding yang enggak-enggak bikin postingan ini
>>> Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh…
Waaau, satu lagi toleransi aksi dari seorang kyai pesantren. salut Pak, itu banyak dilakukan oleh kalangan NU dan bansernya di wilayah Jawa. Dituduh JIL ya? memang JIL itu apa yang Kang.. apa yang membela orang non Muslim itu pasti JIL, dan apakah JIL itu pasti sesat dan apakah sesat itu pasti neraka dan apakah neraka itu dan apakah dan apakah ….. pasti bla-bla… 🙂 stop
huhuh sejuk sekali di sini.
>>> Nyetel AC nya pake suhu berapa kang bedh, soalnya ada yang bilang tetap gerah jeh heheh 🙂
Tapi Pak, itu semua kan contoh kasusnya tidak ada yang dari kaum Wahabi kan??
*Lirik Siwi*
Kemarin di-link kata “anak hilang”
sekarang di-link kata “rame”
Wah, Siwi emang anak hilang yang bikin rame
*kabur ke kutub*
>>> sebab ada yang bilang, mereka itu tidak akan rela dengan argumen logika apapun sebelum kita mengikuti
millahmanjah mereka…Apa ada yang salah hany sekedar mengucapkan Selamat. Itu kan tandanya kita menghormati sesama.
>>> heheh apa ada yang salah pula mengormati sesama dengan mengucapkan selamat natal ? bisa gak yaa kata2 itu dibalik?
perspektif isa:jesus dalam alquran sama nggak dengan perspektif pandangan injil sekarang kang??
>>> wallahu a’lam. Kita pun bisa mengikuti bagaimana perjalanan Agam kita saja bahwa ada banyak perbedaan tafsir menyebabkan firkoh-firkoh. Tapi dalam kristen meskipun ada tapi saya tidak berani membahasnya karena sayatidak mendalami kristologi.
saya sepakat dengan ulasan anda, sepanjang itu hanya masuk dalam wilayah toleransi dan hormat menghormati
>>> hmmm wilayah toleransi dan hormat menghormati adalah kemanusiaan…
momen yg sungguh pas
Merry Christmas and Happy New Year
Minal Aidin wal Faizin … Mohon Maaf Lahir dan Bathin … !
wakkakakakaaaa …
>>> huss rajaiblis gak boleh ikut campur agama.. 🙂 bukannya njenengan yang bikin orang jadi marah2 satu sama lain??? sana pergi
*komat-kamit doa mengusir Iblis… *
Pasti ada yang menafsirkan lain tentang ayat diatas. Mencari celah untuk mengharamkan. 😦
>>> asumsi yang masuk akal dan quran selalu mengajak terbuka untuk difikirkan…
wow postingan melawan arus rupanya hehehehe …
(arusnya siapa sebab bagaimana kenapa ?)
“mengucapkan “Selamat Natal” atau datang pada perayaannya dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam.”
+ : “sopo kuwi sing ngomong ?”
– : “mbuh!!?”
Sebenernya pelarangan – pelarangan itu muncul akibat dari takutnya pengaburan akidah. Nah sekarang pertanyaannya adalah akidah siapa yang kabur ?
+ : “siapa yang melabeli “Natal” ato “christmast” itu dengan “pengakuan akan Ketuhanan Al-Masih? orang kristen ato orang islam sendiri”
– : “mbuh pisan !!?”
apakah pelabelan itu berlaku pada kata “Natal” dan “christmast” saja. apakah berlaku juga untuk bahasa negara lain -negara afrika misalnya- atau bahasa planet jupiter.
maka saya mempunyai ucapan sendiri
selamat pǝǝɹlƃuƃınɹʞ yang artinya kira2 sama dengan (QS Maryam: 33)
karena kata pǝǝɹlƃuƃınɹʞ saya beri label dengan (QS Maryam : 33) diatas. bagaimana Mr. Kurt ?
>>> masya Allah narasi yang aduhai enak dibaca dan perlu… itu kalimat bisa dibalik yaa.. gimana caranya pak
jadi enaknya tulisan saya dikasih judul apa, pak? hohoho
>>> heheh … tanpa judul sudah menarik itulah yang menarik
kata pak guru agama saya gak papa , sebagai wujud toleransi.
>>> agama apa pak gurunya belum jelas dek?
he 78X ada yang bilang kita ingin cari safaat yesus…!
http://www.bancakan.wordpress.com
http://www.pesantrend.wordpress.com
>> heheh … 78 x 2008… 🙂
Sip..akhirnya bisa dapat pencerahan. Soalnya selama ini masih ragu2 😀
>> ragu itu artinya Ora Guyu ya heheh 🙂
pencerahan yang sejuk sekali pak kurt….
sampai bingung mau komen dan nambahin apa.
( Cuma di kompas hari ini ada foto foto Mahmoud Abbas menghadiri misa Natal di Gaza, Palestina dan Ulama Ulama Syiah di Irak menghadiri Misa Natal di Baghdad )..
>>> cerah ya Mas, padahal udara di wilayah Jawa sedang suram nih bos, banjir dimana2 sedih… makasih mas atas tambahan informasinya…
cerita diatas mengingatkan akan buku karangan itu tuch seorang anti gerakan kristiani dan awas bibel masuk rumah.
Pertanyaan dalam hatinya mungkin bisa dijawab namun apakah nanti sebagian dari cerita diatas akan membuat kontroversi?
>>> Pengennya kita ini menjadi umatan wasatan… pertengahan. Kontroversi itu sudah bagian dari kita pak, penanganan bencana kontroversi, pilkada juga, pilpress juga apalagi masalah agama.. kayanya kalau dibahas Cappe deeh..
Ha ha … Saya iseng (sekali lagi iseng) kirim SMS ke 10 teman akrab (Muslim) disamping ke teman kristiani. Dua orang menjawab ketus (agak marah kali), 4 orang membalas bercanda: Sampeyan saja yang natalan. Selebihnya ngak merespon.
Ya, saya mengucapkan selamat ke teman-teman Kristen saya. Bagian silaturahim sesama makhluk. Kalau menghadiri misa, ah … belum coba tu. Waktu lebaran, teman-teman kristian datang dan ngucapakan selamat. Ngak salah kali ya saling merespon.
>>> iseng2 bapak ternyata semacam penelitian yaa… tapi alhamdulilah, hanya 20% yang ketus tapi ternyata 40% masih belum menerima… jadi kesimpulannya begitu tah.. kita masih belum terbuka dialog masalah ini yah. what happen about it bos?
Kalo saya sih biasa ngucapin selamat natal sama temen2 kristiani. Bisa untuk membangun ukhuwah sesama warga bangsa. saya juga mau tanya nih mas kurt, saling memberi ucapan hari raya agama itu termasuk budaya ato ajaran agama, yak?
*
*walah bisanya cuma nanya doang
>>> Bagaimana Pak Sawali dengan terbiasa ngucapin itu, apakah ukhuwah basyariahnya (hubungan baik antara nusia) dengan teman-teman lebih cool calm and confident 🙂 ?
Pak Sawali apa masih belum jelas dosen2 kebudayaan kita menerangkan antara agama dan budaya pak? heheh 🙂
*Narsis on*
Kalimat diatas sayah quote dari komen Iman Brotoseno, atas.
Mbel:
Kalok nyang dipake buwat pedoman para pemimpin dibawah telapak kaki Amrik, runyam sudah urusannya.
Mbok ngasi contonya nyang laen. Ada ndak…???
Raja Arab Saudi, ngunjungin Misa Natal ndak…???
Mbikin bingung ummat ajah….
>>> Patokane Raja Saudi tah? Bukankah Nabi Muhammad hijrah karena gerah dengan kelakuan orang-orang Mekkah?
nah biar bos Mbelink tambah bingung silahkan lihat musuh Amerika, Pemimpin Iran, justru berkhutbah Natal dihadiri agamawan Yahudi, dan Nasroni..
SAWALI TUHUSETYA said:
Mbel:
Jawabnya, Budaya pak….
>>> kalau begitu kenapa budaya lari ke agama yah?
Selamat Idul Adha, Selamat Natal, Selamat Tahun Baru, Selamat libur panjaaaaaaaaaaang.
>>> dan akhirnya semoga selamat semuanya …. aman2 saja. selamat berlibur yaa
wah embuh ya…
kalo saya sih asal gak ikut beribadah dan gak ikut meyakini ajaran orang lain saya kira gakpapa, lah wong meskipun ngucapin natal tetapi saya masih -Insya Allah- rutin ke mesjid kok
*muslim biasa-biasa aja*
>>> yap, seperti saya juga pak, sebagai muslim yang biasa2 saja, juga mengucapkan kata2 lainnya: selamat pagi, selamat siang, selamat sore.
Apakah ini pun dianggap melenceng dari Assalamu’alaikum dan apakah juga terkait dengan akidah? terus apa beda Selamat Natal dengan selamat Pagi.. kalau Natal dihubungkan ke kelahiran Isa as, terus kalau Assalaamu’alaikum diganti selamat pagi malah mengganti perkataan Nabi saw dengan kata2 kita.. waah bisa panjang pak urusane.. kalau mau dipermasalahkan.
Sampai sekarang sebagian orang masih beranggapan bahwa memberi ucapan Selamat Hari Raya kepada pemuka agama lain adalah “haram”, bahkan orangtua saya sendiri.
Makanya saya suka melakukannya diam – diam. Misalnya lewat Blog ini. 😀
>>> diam-diam emang kadang bisa menjadi cara yang efektif… istilah kerennya underground tah?
Selamat!!!
Analisanya luar biasa, tulisannya patut banget untuk dibaca… makasih sudah mencerahkan dunia Ade.
-Ade-
>>> heeh TQ, kaya apa ya dunia Ade..
*penasaran on*
Selamat ya mas …. (nambah comment)
-Ade-
>>> Ade, apakah dikau tengah bersemangat? 🙂
alhamdulillah..ada juga yang bisa berbicara sebegitu arifnya. mari kita jaga toleransi antar umat, kalau al-quran pun menyebutkan ada banyak agama yang diakui.
>>> Aduh Jasmine, nama saya bukan Arif.. tapi Kurt hehehe TQ.
*dijitak*
Saya sederhana saja…ucapan selamat natal kepada teman2 kristiani kalau itu membuat mereka bahagia akan saya lakukan. Mereka juga melakukan hal sama kepada saya untuk membuat saya bahagia. Mengapa saya tidak melakukan yang sama. Saya hanya ingin membuat mereka bahagia…itu saja.
Salam kenal pak Kurt…
>>> yayay.. pertanyaanya: Mungkinkah kita ucapkan selamat Natal kemudian mereka tidak merasa bahagia?
Posting yg sejuk… seperti tempat rekreasi favorit di akhir tahun. 🙂
>>> makasih tapi kasihan orang-orang di Jawa Tengah dan Timur sedang dirundung sedih yaa.. sebab udara di sana tidak sejuk…
Wah… Mas kurt, kayaknya saya mesti sering ke tempat praktek sampeyan…obatnya manjurrr.
>>> di sini kebanyakan obat generik… hati-hati… heheh 🙂
abstain aja deh
eh maksutnya abstain
🙂
>>> maaf gak boleh absen soale kemarin sudah absen heheh 🙂
eh salah lagi maksutnya absen
*udah nyampah salah lagi*
>>> May apakah sedang bersemangat?
akur ajah
>>> heheh
Bismillahirrahmanirrahim. Kayaknya dalam kontroversi Natalan ini yang disalahkan adalah umat mayoritas. Harusnya seimbang dong, yang minoritas juga harus diimbau untuk menghormati yang mayoritas. Janganlah melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti. Toleransi umat beragama tidak bisa hanya dinilai dari saling mengucapkan selamat hari raya, tapi bagaimana diantara umat beragama itu saling menghormati, saling menghargai. Masjid tidak perlu pakai pengeras suara yang mengganggu ketenteraman orang di sekitarnya. Sebaliknya, gak usah ngajak-ngajak, merayu muslim untuk pergi ke gereja. Itu hanya salah satu contoh, masih banyak lainnya yang bisa dihindari untuk menjaga toleransi.
>>> menyalahkan mayoritas? begitu yaa Cak kesan pertamanya.. sebenarnya bukan menyalahkan, hanya sebuah sisi lain dari sudut pandang lain. *halah sok ilmiyah* Sedangkan usulan lainnya sepakat terima kasih.
Artikelnya menarik Mas. Saya salin-tempel ke beberapa milis…. 😀
>>> sumongo Mas Junarto…
Ibarat ilmu padi, semakin berisi, semakin menunduk. Tak hanya berkata dengan kepala tegak. Salam 😛
>>> Salam mas Dnunadird terima kasih atas kiriman padinya..
Memang kita harus terbuka dengan pendapat-pendapat yang ada.
Namun inti dari kehidupan beragama adalah saling menghormati, mengharagai, dan toleransi yang jujur. Ajaran agama kita (Islam) menuntun kita bagaimana menjalin toleransi dan mengahargai antar umat beragama secara jujur.
Mengucapkan selamat kepada umat agama lain apakah bentuk kejujuran kita sebagai umat Islam?
>>> Terlepas dari masalah pro/kontra, setidaknya quran sudah menceritakan sepenggal sejarah kepada kita.. akan masalah itu
sebelum memutuskan, ada baiknya anda membaca link berikut :
http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=71
http://www.eramuslim.com/ustadz/aqd/7a22125340-mengucapkan-selamat-natal-dan-hari-raya-agama-lain.htm
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/5799
>>> terima kasih atas sumbangan link-nya… saya hanya membuat catatan pribadi…. 🙂
syukron…
gabung neh…
coba aja orang indonesia bisa pada mikir logis kayak gini.. pasti aman dan tentram lah Indonesia. semoga tulisan ini memebrikan pencerahan dan tentunya bisa membuat orang sadar bahwa kerukunan umat beragama itu penting.
makasih mas..
>> heheh aman dan tentram ya pak.. makasih, dan saya yakin semuanya bisa bikin aman dan tentram masalahnya *kalau mau* 😀 … TQ
Apa ini termasuk masalah perbedaan seperti yg di post mas Agor itu ya ? 🙂
Soalnya argumen pro kontra nya cukup seru (berimbang) juga … bahkan turut melibatkan Syekh Yusuf Qardawi dan Ust. Din Syamsudin segala … 😆
Kalo saja ijtihad itu dilarang, tentu perbedaan ini jadi terlarang …
Syukurlah ijtihad tetap jadi salah satu pegangan syar’i kalangan moderat …
>>> hahaha ngintip dari sana juga ya 🙂 kalau aku aku moderat gak pak?
*nguping pak dosen ngajar*
Wah, jadi makin bagus dan mencerahkan (bagi saya), pak.
Jadi sangat beruntung saya, dapet izin untuk cantolin ke del.icio.us nih…. ^^
>>> hahah sekarang sudah saya intip ternyata delicious itu bukan masakan saja ya Mr. Lee.?
waaaaaaaaah
tapi memang… masih juga dipandang sebagian orang… katanya sih… syubhat…. entahlah, toh semua yang memandang pada dasarnya “baik” selama ada dasar yang “benar2x mendasari pemikiran mereka” 🙂
yang penting selama kita tidak bermaksud lain, toh tidak dimasalahkan, ya kan pak ^ ^
semangat!
>>> Ya saya sepakat, namanya perbedaan pak sepertinya sebanyak ikan di laut…
Yupe, ter-gantung apa dan bagaiman perspektif serta keyakinan kita masing-masing kan Mas? Dan itu tidak ada se-orang-pun yang bisa mengatur kita akan apa yang kita percayai 😉
>>> hmm persis bung, karena hati siapa yang tahu… hanya aku dan Dia… 🙂
Salam Ustad…
Met natalan bagi ngeryain…
Khutbah Imam Khomeini Mengenai Natal: http://islammuhammadi.com/id/content/view/225/1/
Wassalam wr wb
>>> terima kasih mencerahkan sekali.. saya tertegun dibuatnya.. dan tiba-tiba saja saya berkaca pada mata saya sendiri.. saya coba komentar di sana tapi gagal terus… kenapa ya akhie..
Asal budaya terseret ke syar’i 😦
*habis baca updetannya*
Wah, makin sip pak, saya nunggu lanjutannya ajah. 😀
>>> mohon dibantu pak … 🙂
Pak Kurt, ma’af nih, tanya dikit : maksudnya judulnya : update kali ya ? Soale mau aku link …
>> ok pak .. (kesal)ahan sudah diperbaiki.. TQ
Yap… kenapa ya kita ribut… kita kan nggak menyembah Nabi Isa. Perayaan Natal itu saya sih melihatnya sebagai tradisi dari ummat yang memiliki agama berbeda dengan ummat Islam.
Saling menghormati, tidak saling menganggu… esensinya di situ. Lain persoalannya kalau kita mengikuti (melaksanakan) ritual agama yang tidak sama dengan agama. Wah, hari ini kita ikut misa gereja, terus bareng juga sholat Jum’at… ini yang jelas-jelas ada hujjahnya…..
>>> sebuah esensi : “saling menghormati, tidak saling menggangu” setuju kang. Pekerjaan itu bisa dilakukan hanya oleh tukang parkir… kemarin njaga mesjid besok jaga mobil2 orang yang misa.. heheh 🙂 bisa gak pak
Hehehehe… saya lahir di gresik, besar di Gresik,
>>> ngGresik gitu loch.. ! 🙂
mbah dan nenek moyang aseli ngGresik, keluar masuk pondok di Gresik, tapi maaf saya ndak pernah jadi santri pondok, dulu kepengen, lha masak semingu kabur, seminggu kabur, hehehehe…., ulama tumbuh bak jamur di musim hujan disini, Natal ya damai-damai saja, saya berpikiran rame-rame itu hanyalah wacana lawas.
>>> heheh… ketahuan gak betah mondok di asrama, maunya di luaran.. artine jadi santri alam.. meniru istilah sekolah alam.. pantesan pinter boso DaiNippon, Haik! 🙂
bisa dilihat diwaroeng-waroeng di Gresik, banyak anak muda nongkrong di waroeng kopi, merekapun adhem ayem, sama-sama Muslim meskipun mengikuti ajaran yang berbeda, berbagi secangkir kopi dan sebungkus rokok, tak kurang merekapun penganut salaf, dari thoriqoh berbeda, tenang ndak berisik kok kang, kadang ajaranpun didapat dari obrolan waroeng kopi, ngobrol soal karomah ulamapun bisa jadi di waroeng-waroeng kopi pojok, bisa saja dikatakan obrolan murah, tapi setidaknya membuat berpikir, kemana setelah ini.
>>>kopi kadang menjadi penengah “sengketa”. Dan meski pahit, gula siap membantu menjadi manis dan cair… pantesan filosofi kopi ini menjadi trademark kang Peyek… 🙂
agh… kepanjangan kang!
>>> bukannya ada yang senang Panjang™ 😆
Karena sampai hari ini permasalahan halal/haramnya mengucapkan natal masih menjadi perbedaan, maka saya memilih jalan untuk menghindari hal-hal yang bersifat syubhat.
>>> Hmm.. shubhat (meragukan) ok Kang
Akan tetapi, untuk mewujudkan toleransi, saya mempersilakan umat kristiani untuk merayakan natal. Toleransi berasal dari kata tolerare yang artinya membiarkan. Jangan mengaburkan kata toleransi dengan hal-hal semacam selamat-menyelamati. Kita tidak boleh menyebarkan paham bahwa yang tidak menyelamati adalah mereka yang tidak toleran. Seperti saya ini, saya tetap toleran dengan membiarkan umat agama apa pun melaksanakan ibadah dan merayakan hari keagamaan mereka walaupun saya tidak pernah mengucapkan selamat kepada mereka.
>>> Benar Kang Kombor… kalau begitu, apakah kemudian saya itu termasuk yang menyebarkan paham bahwa yang tidak menyelamati adalah yeng tidak toleran ? duuh kang plis deh ah!
Nanti kalau semua ulama sudah sepakat bahwa mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain itu halal, saya akan ikut mengucapkan. Saat ini, saya cukup diam saja dulu, menghindari segala macam hal yang syubhat.
>>> Tegas, ringkas dan akurat.. 🙂 khas Kang Kombor™ TQ
assalamu’alaikum, mas setelah baca uneg-uneg sampeyan rasanya jadi plong! meskipun sebatas copy paste, tapi kalau tidak pandai-pandai memilih ya bisa barabe kan !Apamakna kita beragama itu, kalau dalam kehidupan kita tidak tenang bahkan berantem dengan tetangga, antar agama bahkan ada yang berantem sesama umat agama terus.
>>> Wa’alaikum salam wr. wb.
kaya makan perpen dong yah! terus kalau permennya pahit bisa berantem gitu yach.. hehe 🙂 kasihan deh yang berantem.. mendingan beli permen aja yuk ke pasar.. mau ikut gak.. :
yang penting nawaitunya…
inggih mboten, pak ??
*wuah, ditunggu kopinya??^^*
skrg alamatnya udah bisa di akses??*
*suwun….*
>>> nawaitune yang benar ya mbak.. nih kopinya tapi sayang alamatnya pelit gak di kasih.. 🙂
Ga tau ya.. kalo aku sih tambah bingung..
MAaf kalo salah salah kata.. pernah ga diluar Islam ngucapin kita selamat merayakan maulid Nabi SAW? mereka ga mengucapkan kita toh ga ambil pusing..
>>> Jadi kalau gak pernah tak perlu bukan mengucap2? begitukah maksudnya?
Kata ustadku (duluuuu banget) dengan mengucapkan selamat natal, berarti kita menyetujui adanya kristen (meNuhankan Nabi Isa)-karena mereka kan merayakan kelahiran Tuhan mereka??
>>> maaf ya chayez_ok kalau kristen (Nasoro),Yahudi dan Shabiin tetap direkam dalam quran… apakah kita mau menghapuskannya? Kemudian masalah kesalahan tafsir tetang konsep ajaran di sana, apakah ini menjadi landasan untuk intoleran? sekali lagi, saya juga tidak tahu lah.. saya tidak mendalami kristologi.. silahkan tanya sama yang ahlinya.
(meskipun di Islam kedudukannya adalah NAbi)
Kita Maulid-an kan merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.. Inisih masalah yang berat banget (AQIDAH) gitu loh.. aku ga berani meyetujui atau menentang masalah ini, toh kita tidak mengucapkan juga ga dosa kan? dan bukan berarti hubungan sosial kita dengan umat lain akan rusak hanya karena kita tidak mengucapkan selamat **=#^. Teman terdekat aku sekarang kebetulan kristen, dan aku ga ngucapin selamat **=#^ ke dia tuh.. mudah-mudahan mahfum sekalian..
Afwan..
>>> kalau masalah aqidah.. apapun terkait aqidah, contoh sombong adalah salah satu dari cabang musyik.. sebab yang berhak sombong adalah Dia.
mau mengucapkan atau tidak kan tidak apa2 … kata Gus Dur: gito aja kok repot? 🙂
Wah setuju dengan caknun, chayez_ok and kombor ( pake meleduk ga Om… hehehe).
Ada contoh nya ga, ucapin selamat natal dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya? Kalo ga ada kok ngucapin 😛 hehehe
Yok kita Belajar lagi deh biar lebih ngerti Islam 🙂
Untuk Om olas_novel, Syiah itu bukan Islam.. harus di catat tuh Om Olas.
Syiah ya syiah, ga pernah dompleng nama besar Islam ya.
Thanks,
*Belajar lagi ach*
>>> Boleh dibaca lagi ayatnya di atas. Bukankah Quran itu informasi pertama dari Kanjeng Nabi Muhammad saw?
*Belajar lagi ach* saya siapin lekarnya yaa.. 🙂
::Pak Kurt::
Bismillahirrahmanirrahim
“Dan salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku , pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan meninggal dan pada hari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam: 33),
seandainya, ini juga “salam” untukku, Pak Kurt, Roze, sitijeneng, danalingga, agorsiloku, herianto, antosalafy, abdul somad, hanna, joyo…siapapun…yang baik, yang jahat, yang “hitam”manis, yang putih melepak…, indahnya..indahnya…
*maaf Pak Kurt, saya hilangkan kurungannya, biar bebas merdeka*
>>> hahaha.. kasihan ayam2 yang di kurung terus.. juga kucing dikandangin terus begitu pula burung.. hanya jadi bahan jualan saja.. pinter nyanyi harganya mahal.. 🙂
@bana:”Untuk Om olas_novel, Syiah itu bukan Islam.. harus di catat tuh Om Olas”
Olas Novel: “Ah…. itukan perasaan adik bana aja, yang bener aja kalau ngibul… kasihan deh,…. miskin informasi bener adik bana neh…..
>>> yang jelas Olas Novel, biarkan saja, semua kalimat, kata2 akan dipertanggung jawabkan… tidak di sini ya di sana (alquran)
Mengucapkan selamat natal juga merupakan batasan dari toleransi seseorang. Tidak mengucapkan selamat tidak berarti dikatakan tidak toleran kan… ? 😉
Batasannya selalu ada kang kurt, dan ini sesuatu yang subyektif. Asalkan batasan itu tidak kita turunkan menjadi kebencian pada umat beragama lain.
>>> betul sekali bos, kita tidak mentoleransi pada kebencian.. namun berada pada wilayah mau/tidak bertoleransi … tentu saja berdasarkan asumsi2 yang dibangun.
@ mbelgedez :
lhah, dlm skala politik, udah lama dicurigai kl arab itu bonekanya amrik tho ??? trutama stlh kasus agresi irak ke kuwait.
yg jelas2 independen dr amrik alias musuh amrik itu ya mahmoud ahmadinejad plus hugo chavez plus evo morales itu….
pak, saya link blognya ya….
saya kok seneng bgt main ke sini^^
>>> terima kasih mencerahkan sekali.. saya tertegun dibuatnya.. dan tiba-tiba saja saya berkaca pada mata saya sendiri.. saya coba komentar di sana tapi gagal terus… kenapa ya akhie..
Olas Novel: Terima Kasih, pernyataan antum melegakan hati kami. Antum coba buka pakai Mozilla dan komentar lewat situ. Semoga bermanfaat
welgedewelbeh
pas tanggal 24 kemarin, mulut ada acara BBQ bersama seluruh isi pabrik yang nota bene nya tidak semuanya adalah pemeluk kristen, ada yang hindu, budha, dan juga yang tidak beragama dll, maklum ini tidak di negara yang mayoritasnya muslim, dan acara itu dalam rangka perayaan cristmash dan rasa ingin berbagi dari pemilik pabrik terhadap seluruh karyawan pabriknya, namun demikian seluruh makanan yang disedikan adalah makanan yang bisa dipastikan halal termasuk dagingnya, mereka semua memakan makanan halal. Mulut ingat betul saat bos mulut berkata : Let enjoy our halal food here…,Dan mereka semua berbuat begitu karena menghormati mulut dan kawan2 mulut lain yang disitu minoritas dan tidak makan makanan yang tidak halal untuk dimakan.
Bagaimana pak kurt apa hal tersebut juga dibolehkan?
jadi?haram apa harom?
Saya sih tidak mengucapkan “Selamat Natal” tapi cukup “Selamat ya…” terserah mau diartikan apa, tetapi jika ingin mengucapkan sesuai dengan apa yang kita yakini Bapak bisa mencoba mengucapkan yang ini:
Selamat Atas Peringatan Kelahiran Isa Al-Masih Putra Maryam
seperti yang selama ini saya lakukan, bisa dilihat disini: http://owner.wahanaprogrammer.net
Terima kasih.
@ mulut :
itu mungkin yg dimaksud natal bersama ya….^^
kl kata pacar yg kebetulan katolik, seperti itu tuh, NB….
Iya ah.. aku tetap berpendapat gpp ngasi selamat natal ke orang Kristen. Teguh pada pendirian.. Wallahu alam..
>>> dan teguh beriman heheh 🙂
Wah Anda rujukannya pada ayat Qur’an diatas. Trus sunnah nya di kemanaiin?
Tafsir Qur’annya pakai apa?
Jangan seenaknya menafsirkan sendiri..
Olas Novel
Anda pernah dengar Abdullah bin saba ?
Sirrah Nabawiyah apa yang sudah pernah Anda pelajari?
Mode Belajar On
>>> lah sya kok menafsiri… wong lagi merenung sendiri jeh… saya sudah membuat link kumpulan tafsir kok slahkan dibaca… dan kalau mau sedikit susah2 silahkan lihat artikel saya banyak tafsir di sini dipake… 🙂
Om liat deh
http://www.eramuslim.com/berita/int/45b6e605.htm
Kenapa syaih mencela sahabat-sahabat Nabi SAW ?
>>> hmmm paham deh, jadi selalu saja ya perbuatan itu selalu ada alasan
*sejuk* *adem* *membayang-bayangi postingan arus balik*
>>> sejuk adem beda loh mas… membayangin kedinginan… 🙂
Ya itulah dunia, penuh lika-liku. semua berbeda normal lah! tapi jangan melakukan perbuatan halal yang didahului dengan perbuatan haram. itu namanya behavior laundering
Saya sebagai Batak Kristen kecemplung di Negara seperti Indonesia ini memang ngeri-ngeri sedap juga. Untuk menerima Selamat Natal kok kesannya ngarapin banget!. Yang paling unik lihat sesama warga negara disini makan, minum dan ngucapin selamat kok diatur-atur ya? kapan dewasanya manusia Indonesia!.
Mungkinkah Indonesia akan dipenuhi orang seperti Santri Buntet?. Jawabnya mungkin kalau masyarakatnya dididik benar!.Wallahualam
Aq rasa ucapan itu cuman untk formalitas aja, tp klo mau tau banyak tentag agama islam dan kristen km bs download E-booknx d: http://pakdenono.com pokoknx d jamin lengkap untk bs menjawab pertanyaan2 km.
ciptakanlah budaya yang rukun, adem ayem lan tentrem
Saya setuju dengan sampeyan. Memang semasa saya di ponpes, saya terbiasa dengan kebiasaan Gus Dur. Dan tulisan sampeyan itu, saya setuju.
A : Selamat Ulang Tahun
B : Terima kasih
-beberapa bulan kemudian-
A : Kok kamu gak ucapin selamat ulang tahun?
B : Anu… Eh.. Anu.. Anu.. Anuan..
Silahkan direnungkan ….