Bukan Cacat Jiwa
Ada keasikan tersendiri saat saya selama lima hari bergaul dengan para penyandang tuna rungu, dan tuna-tuna lainnya yang jelas tidak ada tuna wisma. Kami bertemu dalam sebuah perhetalan pelatihan komputer tingkat lanjut yang disponsori oleh Disnakertrans bekerjasama dengan Koperasi Purna Bakti Astra (AHM) Indonesia.
Selama lima hari itu saya hanya memberikan tutuorial standar bagaimana mengoperasikan komputer office. Namun yang menarik adalah mereka yang terlihat tidak mepunyai tangan seperti biasanya, begitu pula anggota badan lainya tidak lengkap namun rasa untuk belajar dan memahami keadaan diri yang dianggap serba kekurangan itulah yang membuat saya ta’jub pada mereka.
Satu hal yang juga kenapa saya nyaman bersama mereka, karena mereka belajar lebih serius dan mudah menangkap dan cepat mengerti. Bayangkan saja meski suaranya haa hooo haa hooo saat berkomunikasi dengan teman senasibnya, namun begitu diberi soal If condition yang cukup rumit digabung dengan dengan fungsi left/right, mereka selesaikan dengan cepat, tanpa banyak cakap. Ya iyalah wong mereka tidak bisa ngomong tapi penuh isyarat.
Kondisi ini berbeda saat saya melatih ratusan orang yang dibina oleh P2KP di sebuah kelurahan binaan P2KP di wilayah selatan DKI. Disamping manja khususnya bagi anak-anak “ABG” juga bagi yang generasi manula menggerakkan mouse saja masih takut-takut.
Ternyata, belatih 2 bulan komputer bersama jenis manusia yang normal itu kesannya tidak seasik saat melatih para tuna meski hanya lima hari.
Terima kasih buat teman-teman yang banyak memberikan pelajaran hidup buat saya. Anda yang ditakdirkan memiliki cacat tubuh tapi tidak cacat jiwa, banyak memberikan pelajaran buat kami- yang merasa normal. Namun sebaliknya, yang cacat jiwa justru yang merusak tatanan sosial budaya dan bangsa. Saat ini sudah centang perenang menemui orang yang cacat jiwa di negara ini.
pertamax…..(meluan Bae) 🙂
Salut Kekurangan pada tubuh bukan berarti kekurangan pada jiwa dan semangat. 🙂
ketika kelemahan justru menjadi penyemangat.
…dan nikmatnya berbagi.
::lho Kang Santri udah jadi gur toh… 🙂
@ boyo creative:
pertamax sudah turun kang… Heheh makasih mampir…
@aprina
lemah kata bahasa jawa (cirebon) adalah tanah. Tanah justru kekuatan tumbuh apapun yang ada di dalamnya….
@zal
hahaha… 😀 bakat yang terpendam
Dulu waktu msh di jakarta, tiap kali pulang kerja (jalan kaki) melewati kantor walkot jaksel ada seorang bapak-bapak tuna netra yang selalu tersenyum padaku, apakah aku ge-er atau beliau emang tersenyum pada tiap orang? aku perhatiin ternyata ngga juga.
Sampai akhirnya suatu saat aku nekat bertanya kenapa beliau selalu tersenyum ketika aku lewat, ternyata jawabannya adalah
“Saya masih ingat bapak yang menyeberangkan saya waktu itu, dan tiap kali berpapasan bapak selalu menyapa saya”
Oppsss padahal aku sendiri udah ga inget kapan aku menyeberangkan beliau dan karena tiap hari berpapasan melihat beliau tersenyum aku emang selalu bilang “mari pakk..”
Ternyata biarpun secara fisik beliau tidak bisa melihat saya, tapi mata hatinya lebih tajam dari itu.
Satu lagi pelajaran hidup buat aku yang masih sangat bodoh ini.
kantor saya pernah ada tuna rungu yg kerja praktek. orangnya optimis dan semangat bener… kalo di amrik kalo gak salah disebut Clinton sebagai kaum yg tertantang, bukan kaum yg kekurangan.
ternyata malah abg yang lengkap anggota tubuhnya malah malas belajar 😀
Biasa, kalau nikmat akan/sudah tercabut baru terasa pentingnya.
(Sekilas Info) om kurt…. ternyata untuk memasukkan user baru ke blog wordpress pakainya contributor. 🙂
MAKASIH …INFO INI SEMAKIN MENYADARKAN SY DAN MKIN MEYAKINI ,TAK ADA YG SIA2 YG ENGKAU CIPTAKAN YA RABB..
subhanallah… pengalaman sampean menyadarkan diri yang selalu congkak ini….
duch,,,senengnya,,andai sy bs brada di antara mrk…mga ada ksmpatn brbagi jg…
“mrk selalu sempurna,,,wlpn ksmpurnaanx brbda dg org kbanyakn”
salut bwt anda.