Beranda > Celotehan, Kultur, Peristiwa > Malam Nisfu Sya’ban, Agustusan dan Bid’ah

Malam Nisfu Sya’ban, Agustusan dan Bid’ah

Warga muslim beramai-ramai memperingati malam 17 Agustus itu dengan membaca dzikir, membaca quran, bersoalawat, ceramah agama dan lain-lain. Itulah kebiasaan yang dikerjakan pada kampung mas Karjo yang merantau ke Jakarta. Di RT lain justru malam 17-an diisi dengan hura-hura nyanyian dan lain-lain.

 Tindakan memperingati 17 Agustus dengan membaca Quran dan dzikiran merupakan amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw. Disebut bid’ah. Sesuatu yang bid’ah masuk kategori perbuatan yang dilarang dan masuk neraka.

Kullu bid’atin dolalah wakullu dolaltin finnar, (HR. Bukhari Muslim) setiap bid’ah itu sesat dan setiap sesat itu masuk neraka. Dengan demikian semua yang memperingati malam 17 Agustus dengan amalan-amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw sebagai khataman nabiyin akan masuk neraka.

Begitu juga malam nisfu sya’ban yang dikerjakan tepat pada malam ini (Sabtu, 16 Agustus 2008) Orang beramai-ramai akan mengerjakan shalat sunnah setelah maghrib kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Yasin. Masing-masing tiga kali dengan harapan ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Rasulllah saw sudah memberikan agama ini dengan sempurna janganlah ditambah-tambah lagi. sebab menambah-nambah dalam perkara agama adalah bid’ah” demikian ustadz lulusan Arab Saudi itu menghahiri pengajian yang digagas oleh anak-anak muda dari kalangan partai tertentu itu mengutip pendapat Ulama Arab Saudi. Lalu jamaah bubar.

***

Tidak biasanya Karjo sesampainya di rumah  benar-benar merasa tidak nyaman. Isterinya menghampiri.

“Mas kenapa sih kok bersungut-sungut, padahal kan tadi siang kita sudah ber ehem-ehem?”

“Anu dik, kita harus stop amalan-amalan kita besok. Jangan lagi kita mengerjakan tahlilan, dzikiran dan apalagi besok ada peringatan 17 Agustus dan Nisfu Sya’ban. Biasanya Pak RW dan segenap RT berkumpul di Masjid untuk bersama-sama melantunkan ayat suci Al quran dan berdzikir lalu shalat sunnah.”

“Loh emang kenapa mas”

“Ustadz tadi di pengajian bilang semua perbuatan itu sia-sia, dan malah masuk kateogri bid’ah karena Rasulullah saw tidak mencotohkan perbuatan itu. Jadi saya sih takut kalau Rasul tidak mengerjakan kok kita berani-beraninya mengerjakan perbuatan ituh, kita ikutan siapa?

“Ya mas ini gimana sih, kita kan ikut ulama, para kyai  dari dulu kita mengerjakan ini.”

“Nah itu masalahnya dek, ulama-ulama yang mengajarkan itu berarti mereka mengajarkan perbuatan yang tidak dikerjakan Nabi saw. Alias mereka adalah ulama yang menyesatkan. Kenapa menyesatkan, karena kata Ustadz tadi, perbuatan itu tidak dicontohkan oleh Rasul, alias bid’ah. Jadi ulama tadi mengajarkan abid’ah kalau ulama mengajarkan bid’ah berarti ulama itu sesat bukan.”

“Astaghfirullah maaass, istighfar mas! jangan sembrono mengatakan sesat. Masa semua kyai dan ulama yang mengajarkan shalat nifsfu sya’ban dan bacaan yasin juga taraweh yang 20 rokaat bakalan masuk neraka sih mas. Kalau kyainya saja bakalan masuk neraka apalagi kita mas.”

“Ya iyalah dek, makanya masmu ini takut bukan kepalang. kita sudah berpuluh-puluh tahun mengerjakan bid’ah berapa banyak dosa kita dek, Sudahlah, ngapain kita ikut-ikutan kyai kaya model begitu. Mereka itu gak bakalan selamat. Kita selama ini ditipu oleh ulama-ulama itu!”

Begitu malam 17 Agustus dan amalam Nisfu Syaban Karjo dan isterinya justru tinggal di rumah saja. Padahal tetangga dan banyak warga ikut berbondong-bondong ke masjid untuk membaca dzikir shalat dan membaca quran. Tapi Karjo dan isterinya lebih asik tinggal di rumah. Bahkan di sudut RT ada lomba adzan tingkat RW untuk menyambut 17 Agustus. Namun bagi karjo, merasa kasihan dengan orang-orang Islam yang dianggap bodoh dan tidak tahu Islam itu karena mengamalkan perbuatan sia-sia dalam agama. Sudah begitu, mereka pun akan masuk neraka, karena seumur-umur gemar dengan bid’ah. “Duuh Gusti,  gumamnya sambil melihat lalu lalang orang yang mau ke masjid dari balik kaca rumahnya.

Nisfu Sya’ban dan malam 17 Agustus Karjo hanya mendengar suara dari Masjid orang2 membaca quran dan terkahir ceramah yang menyuruh untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mendekatkan diri kepada ulama, mencariilmu pada ulama, karena ulama ada pewaris para nabi, demikian ceramah itu terdengar jelas dalam rumahnya.

“cih, ngapain mendekatkan diri pada ulama yang suka bid’ah, ogah!” gumamnya

“17 Agustus diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia, negara kita yang kita cintai ini, berkat para ulama dan pejuang Nasional mengusir penjajah.” suara speaker itu makin kenceng terdengarnya.

“Cih, ngapain lagi memperingati 17 Agustus dengan ceramah agama dan amalan yang tidak dicontohkan Nabi saw, kasihan deh loh, semua itu bakalan masuk neraka karena kalian itu mengerjakan bid’ah…. ”

“Ya Allah bebaskanlah aku dari ulama-ualam semacam itu, bebaskanlah aku dari amalan-amalan bid’ah, berilah petunjuk kepada kami sekeluarga agar kami selamata.”

Malam makin larut, orang-orang semakin menyadari kelemahan dirinya di hadapan ALlah dan semakiin mensyukuri nikmatnya kemerdekaan RI sekaligus menyambut ramadhan yang bakal tiba. Kini Karjo dan Isterinya hanya mau aktif di pengajian yang diasuh oleh ustadz yang  pernah ceramah di mushola depan rumahnya. Ia berharap dengan mengikut ulama model ini bisa masuk surga karena cermaahnya begitu jelas seperti beningnya air di kolam keabadian…

———————

Lama tidak posting, lama tidak kunjung dan sua ke blog tetangga. Kangen rasanya karenanya izinkanlah aku bisa kembali meski jarang-jarang.

  1. 16 Agustus, 2008 pukul 5:28 pm

    bosen mas, bid’ah lagi bid’ah lagi. Sepertinya isu itu dianggap paling hebat untuk menyerang kalangan tertentu. Hidup sedang sulit, giliran orang mau mendekatkan diri kepada ALlah, disentil dengna isu bid’ah yang kadar penjelasannya masih rancu… Karjo contohnya, diajarkan sekali ngaji, bisa menyesatkan kyai2 dan ulama. Duuh zaman makin kemari makin sulit.. beragama semakin meresahkan… 🙂

    • alexafa
      22 Juli, 2010 pukul 11:24 am

      pekerjaan iblis,selalu menggoda orang-orang yang mau beribadah kepada Allah ….!!!@###

  2. 16 Agustus, 2008 pukul 7:04 pm

    Akhirnya posting juga.

    Mari kita berdoa di malam 17 agustus ini. Semoga karjo bisa merdeka. Juga kita. :mrgreen:

  3. rasyeed
    16 Agustus, 2008 pukul 9:26 pm

    Hmm… semoga kita mampu dan bisa memetik hikmah.. Amiyn.

  4. 17 Agustus, 2008 pukul 8:14 am

    Persis teman-teman saya di kampus dulu, muda, semangat, kosong.. Lalu 2 – 3 kali ikut ceramah di masjid yang disponsori Lembaga Agama Tukang Demo, langsung menuduh semua orang di dunia ini selain mereka adalah sesat dan bid’ah…

  5. Ajus
    18 Agustus, 2008 pukul 5:29 pm

    Piye iki, mas….. Orang mao ndeketin diri ke Allah SWT ko di bilang bid’ah. Yang penting khan niatnya lilahi ta’ala…..selama masih dalam kalimat syahadat ya ora opo2 tho, mas…piss.. Salam kenal

  6. 19 Agustus, 2008 pukul 8:26 pm

    Halo… salam kenal dari Banjarmasin mas…

  7. 19 Agustus, 2008 pukul 9:18 pm

    Wahabbisme semakin meluas?

  8. adipati kademangan
    20 Agustus, 2008 pukul 2:49 pm

    Tidak ada berita yang bualing bagus selain menemukan kelakuan bid’ah. Kemudian mengkafirkan orang, dan memvonis sesat serta memasukkan manusia kedalam neraka.
    Selama ini saya kok belum pernah menemukan seorang Ulama besar (entah itu jurusana ilmu apapun) memasukkan seorang muslim kedalam neraka

  9. 21 Agustus, 2008 pukul 3:33 am

    😀 jamblang
    Mbacanya bosen tapi yang penting komentarnya gak mbosenin mas.

    😀 dana
    Namanya berak gak akan berhenti. Mestinya nulispun juga yah…
    Kecuali Karjo yang mau menghentikan diri pada satu golongan.

    😀 rasyeed
    ndalem banget mas

    😀 ManusiaSuper
    Itu namanya pengajian superhemat. Gak perlu pendalaman materi sudah mampu menjadi penyerang koumnitas lain. Kalua saya jadi ingat ikutan MLM berubah total tingkah lakunya: agressif!

    😀 Ajus
    Mungkin cara mendekatkan dirinya itu yang disalahkan kenapa tidak niru Nabi saw katanya.

    D: Rizky
    Halo juga banjarmasin

    😀 Junarto
    Mirip class of civilation yah

    😀 adipati kademangan
    Perkara lawas tapi selalu uptodate. ya masalah itu bos. yang jadi masalah kenapa baru sekarang?

  10. abu hasan
    21 Agustus, 2008 pukul 9:04 am

    Assalamu’alaikum Pak Kurtubi,

    Pripun kabare, Pak?
    Semoga senantiasa dalam kasih sayang Allah SWT dan Rasul-Nya..amin.

    Ijinkan saya untuk meneruskan pemaparan seorang ulama dari website ini tentang ayat berikut;

    Makna ayat “Hari ini Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, kusempurnakan pula kenikmatan bagi kalian, dan kuridhoi islam sebagai agama kalian” maksudnya semua ajaran telah sempurna, tak perlu lagi ada pendapat lain demi memperbaiki agama ini, semua hal yg baru selama itu baik sudah masuk dalam kategori syariah dan sudah direstui oleh Allah dan rasul Nya, alangkah sempurnanya islam.

    Insya Allah, dari pemaparan beliau siapapun bakal paham, termasuk yg awam seperti saya 🙂

    Alhamdulillah dan terima kasih atas kunjungannya Pak Kurtubi.

    Mohon maaf dan salam silaturrahim 🙂

  11. abu hasan
    21 Agustus, 2008 pukul 9:07 am

    Oiya Pak…

    Ada yg ketinggalan 😀

    Penjelasan lengkap tentang bid’ah dan ayat di atas tadi bisa dibaca lengkap di sini…

    Mohon maaf ya Pak…smoga bermanfaat 🙂

  12. 21 Agustus, 2008 pukul 9:38 am

    😀 Abu Hasan
    Makasih atas penandanya. Al Habib Mundzir Al Musawwa habib yang menyejukkan, aliran kata2nya membasahi rerumputan kering di hatiku.

    Ini saya juga baru temukan haditsnya.

    “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi). Hadits ini menjelaskan makna Bid’ah hasanah dan Bid’ah dhalalah.

  13. 22 Agustus, 2008 pukul 7:30 am

    mas kurtubi..
    apa sih intinya agama kalau pada akhirnya bermuara pada “rasa” percaya? karenanya kalau percaya, lakukanlah dan kalau tidak percaya, tinggalkanlah.

    terlalu banyak kata memang menghilangkan rasa. yang ada hanya kata dan kata dan kata..
    lah, kita percaya kata atau percaya rasa?

    sehingga, masihkah kita percaya kalau kita ini merdeka? pada rasa merdeka atau sekedar kata merdeka?

    saya berterimakasih pada banyak kata yang memerdekakan dari banyak kata yang menjajah.

    merdeka!

  14. 22 Agustus, 2008 pukul 3:45 pm

    Mbak Anis… seide : “saya berterimakasih pada banyak kata yang memerdekakan dari banyak kata yang menjajah.”

  15. 26 Agustus, 2008 pukul 4:45 pm

    Untungnya aku tujuh belas agustus kemarin cuma nonton TV sambil baca buku.Nggak kepikiran bidah apa nggak.Paling mikir sebentar : Ternyata kita ini sudah lama juga merdekanya. Hik Hik….- Cuma itu tok.

  16. 7 September, 2008 pukul 1:02 am

    cape deeeh.. apa2 bid’ah.. ini bid’ah.. itu bid’ah..
    dikit2 bid’ah.. dikit2 bid’ah.. koq bid’ah cuma sedikit..?! *ga lucu, nop!*
    wateverlah.. kl jalan cerita kaya gituh, sapa yg rugi tuh kira2..
    pikir ajalah masing2.. ntar koment sy dibilang bid’ah pun.. hihi

    oya ada kabar baik nih bos..
    ternyatah kitah udah 63th merdeka lho..
    udah tau belom?

  17. 9 September, 2008 pukul 1:17 pm

    # lovepassword
    biarkan saja yang pikirkan bid’ah itu ya mas Karjo saja.

    # novee
    Cappe deeh nunggu novee koment di sini, sekalinya koment kebanjiran ampe mau menandingi angka 63 😀

  18. sitidjenar
    15 September, 2008 pukul 7:53 pm

    salam….hmm bentar2 bid’ah….kayak surga punya sendiri aja..

  19. encang
    23 Oktober, 2008 pukul 6:40 am

    pak mo tanya beda ubudiyah dengan amaliah apaan??

  20. encang
    23 Oktober, 2008 pukul 7:33 pm

    ko ngga di jawab….
    emang mulai kapan 17 agustus termasuk dalam ibadah walah walah santribuntet klo nulis bid’ah yg bener janagn acara gambus lu masukin upacara agama?????
    Pak …. Nabi menyampai kan Islam sederhana jangan ditambah tambah supaya mudah menjalan kannya konyol nya amliah termasuk bidah lo ngajar orang jadi tololll gua liat
    upacar tahlil kenapa Bid’ah nabi ga bikin buat paman nya Hamzah ga bikin houl buat Ibu ata bapak nya atau kerabat nya nah akibta lo bikin bidah jadi hasanah lo bakal masukin ajaran syi’ah secara halu contoh Houl Rosul ….
    kejadian ketika saya di krawang teman saya meninggal esok malam nya saya datang saya liat anaknya yg paling tua umur 31th tidur alasan cape waktu saya tanya kenapa ga ikut ngaji dan tahlil yg sedang berlangsung dirumah nya dengan tenang di jawab saya dah bayar 10 jt pada kiyai dia aja deh yg kerjain itu udah paket pak…
    lebih konyol lagi ada tetangganya masih belum lunas bayar utang karena pinjam duit buat tahlil udah ampir 1 th itu lo liat di krawang supaya deket dan banyak lg di tempat lain ini gara gara bid’ah … klo Rosul udah perintah jangan ditambah acara ibadah jangan di tambah …..
    bukan semua masalah lo masukin ke agama ntar Tempe lo bilang haram karena rosul ga makan tempe… sekali lagi lo jangan tipu orang lo PKI kali ye … gua inget cara cara PKI ya kaya gini ini belaga jadi muslim terus belaga sama sama terus kita di seret ikut dia … ALLAH udah kasih kita yg gampang napa lo mo bikin suseh ….

  21. 27 Oktober, 2008 pukul 9:14 am

    buat encang, maaf saya baru bisa balas, karena beberapa keterbatasan. Tapi isi hati anda sudah saya lihat dari tulisan yang begitu berani mengatakan bahwa bid’ah itu perbuatan tolol. Ya tak perlu diperpanjang masalah ini. Umar bin Khattab r.a melakukan bid’ah dalam tarawih 20 rokaat yang kini diikuti ulama Saudi, dan dilakukan di Masjidil Haram. Quran dikumpulkan menjadi mushaf pada masa Utsman bin ‘Affan ra. Masa sih pura pura gak tahu. Itukan semuanya bid’ah.

    Jadi bagi kami keyakinan menambah-nambah dalam masalah agama itu menjadi tidak boleh dan haram bahkan masuk neraka, pada hal-hal yang wajib bukan pada masalah sunnah/baik.

    LIhat kutipan komentar di atas, :

    “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi). Hadits ini menjelaskan makna Bid’ah hasanah dan Bid’ah dhalalah.

    Saya jadi tahu, masalah tahlil dikaitkan kepada masalah eknomi seperti contoh yang anda kemukakan, orang itu jadi terjerat hutang gara-gara tahlil. Seakan menjadi justrifikasi bahwa thlil membawa madorot bukan manfaat.

    Kalau dikampung saya malah menjadi masalah baik, orang kaya tahlilan, maka banyak warga miskin ikut-ikutan mendapatkan jatah makanan dan sedekeah-sedekah yang dberikan keluarga kepada warga sekitar.

    Contoh kasus ke2, ada kyai yang biasa bersedekah dalam pengajian dalam rangka isra mi’raj atau Maulid Nabi saw saya lupa, yang hari besar Islam. Saat itu sang kyai tidak punya uang untuk menjamu ratusan jama’ah. akhirnya mobil satu-satunya dijual demi terselengaranya acara untuk menghormati Rasulullah saw itu.

    Namun apa yang terjadi Allah berkehendak lain, pak Kyai tidak merasa terbebani dan menganggap itu bi’dah sesat. Pada bulan-bulan berikutnya mendapat ganti yang berlipat ganda.

    BTW, terima kasih dah mampir ke mari. Masalah ini adalah furuiyah (cabang2 dalam agama). Bukan masalah pokok, karenanya, bagi kami tidak masalah orang mau mengerjakan tau tidak. Satu catatan lagi, di tempat saya banyak tetangga yang tidak melangsungkan tahlilan saat orang tuanya meninggal karena masalah keterbatasan itu. Jadi kalau orang ngotot mau tahlilan padahal dia miskin bukan hak kita untuk melarang atau tidak. Itu masalah kecintaan dan kemauan bersedekah. Bahkan kebiasaan teman saya, kalau dia tahlil di kota dia tidak segan-segan ikut menyumbang.

    Atau kebiasaan orang-orang Buntet PEsantren jika ada yang meninggal, maka pada malam hari dilangsungkan tahlilan, para tetangga sekitarnya yang membantu bukan keluarga sendiri.

  22. 16 Februari, 2009 pukul 12:55 am

    ni bukan mengomentari soal tahlilan itu bid’ah atau tidak karena saya rasa jenengan berdua punya alasan masing2, tapi bisakah kita berdebat dengan cara yang baik. gunakanlah bahasa yang baik, karena yang terpenting adalah argumenya. maaf
    “sekali lagi lo jangan tipu orang lo PKI kali ye … gua inget cara cara PKI ya kaya gini ini belaga jadi muslim terus belaga sama sama terus kita di seret ikut dia … ALLAH udah kasih kita yg gampang napa lo mo bikin suseh ….” kata-kata ini tidak pantas diucapkan oleh muslim kpd muslim. kalau memang jenengan mencotoh nabi muhammad saya gak tau apakah nabi muhammad juga sekasar itu bila mendebat seseorang yang sama-sama punya pegangan. ihdinasshiraathal mustaqiim.

  23. hasan
    27 Maret, 2009 pukul 3:03 pm

    sedikit-sedikit bid,ah kaya dia aja yang punya agama dan punya hukum aja. orang lain dianggap semua dianggap sesat, jangan – jangan malah ustad itu yang sesat begitu juga dengan tanjo yang mengikutinya

  24. Erik
    27 Maret, 2009 pukul 3:19 pm

    memang seru bahas bid,ah, apalagi saat ini jaman udah lama sekali dengan kehidupan nabi, banyak perbuatan yang telah dilakukan orang-orang jaman sekarang yang dulu tidak dilakukan Rosulullah, kalau begitu perbuatan yang tidak dilakukan Rosulullah dan dilakukan oleh orang sekarang dianggap bid’ah seperti kata yang dianggap ustad tadi, sekarang ini semua orang dudunia melakukan bid’ah begitu juga dengan ustad tadi, karena naik mobil, pesawat,semua tidak ada dizaman Rosul, saya melihat bahwa orang yang mudah mengatakan bid’ah kepada orang lain, padahal mereka melakukan amalan baik itu ustad yang baru belajar agama dan baru sedikit dan yang dipelajari agak berbau sst

  25. Adi
    25 Juni, 2009 pukul 1:56 pm

    Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh
    Menolak kebenaran dan mencela / merendahkan manusia adalah suatu kesombongan dan ketakaburan.
    Bolehkah kita mensyukuri nikmat(KEMERDEKAAN) yang ALLAH limpahkan kepada kita dengan cara berkumpul di Masjid kemudian membaca Alquran / Berdzikir, tahil, tausiyah , nasehat kepada kebaikab dan nasehat kepada kebenaran dan kesabaran?.
    Ataukah kita bakar mercon,kembang api, nyanyi dansa dansa, makan makan , kemudian bergadang sampai pagi ataukah ini yang lebih baik?

    Bukan kah bid’ah itu harus ditimbang dengan timbangan Hukum yang Lima yaitu Mubah – Sunnah – Makruh – Halal – Harom.

    Apakah kebanyakan dari kita adalah Mujtahid atau Mukolid kemudian siapa yang mau percaya kalau kita mengaku Mujtahid!.
    Trimakasih.

  26. roedy
    10 Juli, 2009 pukul 4:30 pm

    Assalamu’alaikum
    Terkadang saya sedih klo melihat keadaan umat Islam ini yang kadang “ribut” untuk hal2 yang bersifat furu’, dari dulu ampe sekarang kita hanya berkutat pada masalah itu2 juga, sementara umat lain sudah berpikir gimana caranya bisa tinggal di bulan?
    Menurut aku sih, selama perbedaan itu tidak menyangkut hal2 utama, yaitu akidah, ga perlu dipermasalahkan, asalkan setiap perbuatan kita itu disertai dengan ilmu-nya yang menjadi dalil untuk pertanggung jawaban kita di hadapan Allah SWT. Intinya kan ibadah itu bisa diterima kalo niatnya ikhlas dan disertai dengan ilmu.
    Itu pendapat saya pribadi, klo salah mohon dikoreksi. thanks

  27. Cinta Rosul
    21 Juli, 2009 pukul 7:43 pm

    Puji2an kepada Rosul dibilang bid’ah, sesat.
    Peninggalan2 Rosul/islam dihancurkan, ga boleh dikenang, disuruh dilupain.
    Peninggalan2 pra islam malah diexplorasi dengan dgn biaya yang wah jumlahnya, dibanggakan.
    Pengajian seorang habib yg alim di madinah dibubarkan dengan alasan beliau seorang sufi (apa salahnya sufi??).
    ( maaf dipotong… red)

  28. Cinta Rosul
    21 Juli, 2009 pukul 7:47 pm

    Wahhaby cs emang sudah keterlaluan mencabik2 islam, tp para pengikutnya seakan dicuci otaknya sehingga slalu membenarkan & mendukung usaha pencabik2an islam tsb, Nau’dzu billah min dzalik.

  29. alexafa
    22 Juli, 2010 pukul 11:28 am

    makanya mas kalau ngaji jangan setengah-setengah, ngaji sama kiyai bukan pada buku asal – asalan , baru baca buku aja udah ngomong bad’ah bid’ah… ngaji dulu yang bener … terus jangan sok ke arab – araban.. ISLAM ITU RAHMATAL LIL,ALAMIIN

  30. Abu Ridho
    28 Juli, 2010 pukul 6:57 pm

    @ Cinta Rasul :
    Anda ini sok tau tapi bodoh

  31. astray
    30 Juli, 2010 pukul 1:35 pm

    tadarusan, zikir gw rasa perbuatan baik dan mendapat pahala apalagi bareng2, kapan pun dimana pun, yang bikin dosa kan cuman kalo zikirnya dikamar mandi sambil????, atau zikir sambil zina ama istri orang

  32. 17 Juli, 2011 pukul 2:20 pm

    ass membuang duri di jalan itu perintah rasul, membuang sampah di jalan tak nabi ingatkan. ahli bidah membuang bunga di jalaN orang takut bid’ah hanya ngomongin orang

  33. Sasuke
    18 Juli, 2011 pukul 8:21 am

    maulid nabi & nisfu sya’ban

    duh ane bingung deh sama perayaan ini, ane telusuri dalilnya ga jelas.

    yg gw bingung ustad / kyai ceramah kalo duitnya kurang ga mau ceramah… ( ada lho.. )

    mohon maaf kalo ada salah kata…

    • 19 Oktober, 2011 pukul 5:06 pm

      komentar sendiri, suudzon sendiri resiko tanggung sendiri ye xixixixi salaman.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar