Beranda > Kajian Kitab, Keajaiban, Modernisasi > Tiga Macam Penghias Langit dan Bumi

Tiga Macam Penghias Langit dan Bumi

Bila kita perhatikan langit nan biru. Terdapat banyak sekali benda benda-benda angkasa: Matahari, bulan dan bintang. Satu dengan lainnya begitu rapih tertata. Sehingga menjadi indahlah langit itu. Demikian juga ada tiga hiasan memperindah bumi. Keharmonisan akan terjaga jika terus menerus memperhatikan keindahan hiasan itu. Apa saja hiasan langit dan bumi itu?  Sepenggal informasi hasil renungan ulama dalam kitab klasik.


Salah satu kitab ulama menulis :

زين الله السماء بثلاثة: الشمس والقمر والنجوم. وزين الله الاض بثلاثة: العالم والمطر وسلطان العادل.

Artinya: “Allah menghiasi langit dengan tiga hal: matahari bulan dan bintang. Demikian pula bumi dihiasi tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil. “

Ketiga macam hiasan di langit seperti matahari, bulan dan bintang banyak sekali ayat alquran menyebutkannya.

Salah satunya adalah matahari sebagai sumber energi kehidupan. Dengan sinarnya yang kuat, siklus oksigen dan makanan yang berada di bumi ini tidak terlepas dari peran sinar matahari.

Dalam alqur’an Allah berfirman:

الذي جعل لكم من الشجر الأخضر نارا فإذا أنتم منه توقدون

“yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (Yasin: 80)

Dalam penafsiran modern, Qurasy Shihab menerangkan bahwa kayu hijau yang dinyalakan itu adalah zat hijau daun. Klorofil ini semacam alat memasak tanaman berdaun. Dengan bantuan sinar matahari dan air dari dalam tanah, proses pertumbuhan menghasilkan buah dan oksigen yang dilepaskan di udara. Maka hasil tumbuhan baik buah dan oksigen, dinikmati oleh segenap makhluk (biologi) di hamparan bumi.

Hiasan Bumi

Sebagaimana hadits di atas, bumi pun dihiasi oleh tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil. Bagaimana penjelas ketiga hal ini?

1. Ilmu

Bagaimana ilmu bisa menjadi hiasan bumi sehingga bumi menjadi indah dipandang mata hati dan mata lahir. Hal ini karena seni (hiasan) lahir dari ilmu. Artinya memperindah sesuatu harus berdasarkan ilmuwan. Karena­nya keindahan di bumi tidak terlepas dari bi­dang seni.

Misalnya, seni tata kota akan diatur oleh para arsitek yang membuat bangunan berdasarkan planing dan analisa dampak lingkungan. Kein­dahan hasil produksi diproses oleh pra ilmuwan ang ahli dibidang­nya. Misalnya bagaimana mem­buat desain kendaraan mobil yang nyaman dan aman saat dikendarai. Dibuatlah desain dan tekniknya oleh ahli rancang bangun bidang teknik mesin dan design mobil. Begitu pula hasil produksi lainnya seperti mesin-mesin, perlengkapan rumah dan lain-lain.

2. Hujan

Bagaimana hujan bisa menjadi hiasan bumi?. Fungsi air hujan memberikan kehidupan semua makhluq. Bah­kan asal kehdupan berasal dari air. Firman Allah: “Wajalna minal maa-i kulla syain hay” Kujadikan dari air itu segala sesutu menjadi hidup. “

Seorang ilmuwan yang akan mempercantik bumi mesti cerdas. Kecerdasan membutuhkan gizi dan vitamin. Nutrisi ini tidak bisa didapat kalau tidak ada air. Sebab vitamin, mineral, dan zat makanan lainnya didapat dari tumbuhan yang dihujani.

Dengan adanya hujan maka tumbuhan menghasilkan buah yang bisa dinikmati oleh manusia dan hewan. Hewanpun juga dikonsumsi ilmuwan. Maka jika tidak ada hujan, tidak ada ilmuwan. Sebab mereka memperoleh bahan tumbuh dan bahan kecerdasannya.

3. Sultonul Adil

Sulton yang adil artinya pemerintah yang adil. Menata dan mengatur kehidupan rakyat sesuai porsinya masing-masing. Kemmapuan meng­atur ini hanya dimiliki oleh pemerintah dan segenap komponennya. Lalu bagaimana sultonul adil berkontribusi sebagai hisasan bumi?

Keharmonisan sultonul adil maksud­nya adalah untuk mengatur ilmuwan. Misalnya, seorang ilmuan ahli melebur baja, besi dan plastik. Maka mesti diatur oleh oleh sulton agar baja, besi dan plastik ini menjadi indah.

Demikian pula perintah dengan sega­la kebijakannya, pelaksanaan di lapangan dijalankan oleh ilmuwan. Misalnya pemerintah ingin mem­produksi pesawat dan mobil sendiri. Maka ilmuwan teknolog itu yang menjalankannya. Mereka hanya mendesain sesuai dengan pesanan. Sedangkan bagaimana menjual dan bagaimana mengatur distrubusinya, maka pemerintah yang mengarnya kemudian. Karena itu pemerintah perlu adil dan bijaksana. Di sinilah maka, ilmuwan harus bekerja sebagu smunkgin, dan pemerintah harus konsisten dan mampu mengaturnya.

Pucaknya, pemerintah bisa mengatur benda dan mengatur manusia. Jika peran ini tidak diambil, maka para ilmuwan akan berjalan sendiri-sen­diri dan merasa sok pinter sendiri. Maka teknologi tidak menjadi sesuatu karya yang diakui dan ber­kem­bang luas karena kurang dukungan peme­rintah. Akhirnya, negara yang mam­pu mengatur ilmuwan biasanya berjaya. Sebaliknya, negara yang tak mampu mengatur ilmuwan manjadi terpuruk.

Akirnya, jikalau keindahan itu tidak ada. Teknologi tidak mampu berkembang. Maka boro-boro memikirkan perhiasan memikirkan makanan saja susah sekali. Adanya perhiasan (keindahan) karena adanya fadlam minallahi wanikmah, wamaghfira­taw­arahmah, ya wasial maghfirah. Maksudnya, adanya hiasan karena ada fadlan. Suatu ketika fadlan (karunia) diambil Allah, maka tinggal rakhmat saja. Tinggal satu benteng rakhmat. Manusia sudah putus asa tinggal rakhmat Allah yang ada.

 

Wallahu a’lam.

  1. 2 Agustus, 2007 pukul 8:23 pm

    subhanallah…. menarik ini ^ ^ makasih atas ilmunya juga hehehe ^ ^

    Sama-sama 🙂 moga manfaat

  2. 2 Agustus, 2007 pukul 10:01 pm

    Demikian pula bumi dihiasi tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil

    Sepertinya penghias yang kedua (yaitu hujan) lebih dominan peran Tuhan di dalamnya, walau saat ini bisa diupayakan hujan buatan sich
    Mengenai penghias yang ketiga itu sepertinya saat ini sangat jarang ya Pak, seharusnya penghias yang pertama (ilmu) bisa menjembatani menuju “penciptaan” hiasan yang ketiga (pemerintah adil).
    Tetapi pada kenyataannya banyak ilmu yang justru digunakan untuk ketidakadilan…penjajahan dan penguasaan.
    BTW mantapz banget tulisan Mr. Kurt. Terima kasih ata spencerahannya

    itulah hebatnya renungan ulama, saya hanya menuliskannya saja… 🙂 tq

    • 4 April, 2011 pukul 7:53 pm

      apa guna langit itu… tolong ksih aq jawaban yg singkat padat dan jelas,maksih…..

      —–
      tempat untuk menurunkan hujan. (singkat, jelas padatkah?)

  3. 3 Agustus, 2007 pukul 10:23 am

    Ilmuwan banyak, hujan di bogor banyak lalu kemanakah pemerintahan yang adil ???

    tambah mantap saja renungan ulama bila dikomentari kangguru

  4. 3 Agustus, 2007 pukul 11:13 am

    Kajian yang sangat menarik pak.

    makasih… 🙂

  5. 3 Agustus, 2007 pukul 11:43 am

    tinggal soal pemerintahan yg adil yg masih belum ada di Negeri ini. atau kita sekarang sedang menuju ke sana ? 😉 (hanya Allah yg mengetahuinya). apapun juga, inilah great posting dan tdk terasa membosankan. salut.

    betul wallahu a’lam ada rahasia apa dibalik itu ya mas… salut juga buat karya2 mas telmark

  6. 3 Agustus, 2007 pukul 12:21 pm

    *Demikian pula bumi dihiasi tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil*

    sayang nya di negeri kita pemerintah nya gak adil jadi bukan jadi perhiasan

    betul ayah… kapan yaa bisa adil. bisakah dengan partai adil dan partai sejahtera? 🙂

  7. nailah zhufairah
    3 Agustus, 2007 pukul 12:32 pm

    jazakillah … infonya bagus…

    jazakillah

  8. Aini
    3 Agustus, 2007 pukul 1:15 pm

    Tulisannya pak Kurt selalu menarik, buat aku khususnya 🙂

    Sependapat dengan komentar no. 2, walaupun masih posisi membingungkan apakah ilmu yang disalahgunakan itu karena kurang peran serta pemerintah dalam mengatur masyarakat (ilmuwan) didalamnya atau justru pemerintah itu sendiri yang menyalahgunakan wewenang sehingga ilmu yang dimiliki diselewengkan, atau pemimpin kita tidak “berilmu” sehingga kadang memimpin dengan tidak adil?
    *beribet pak nulisnya 😀 *

    semoga negara kita masih diberikan fadlan dan maghfirah ya pak… Amin

    ——-
    Iya yaa ilmuwan sudah berusaha belajar mati2an, tapi juga pemerintahnya merasa sudah mati2an mengurus negara… jadi siapa yang disalahkan 🙂 loh kok aku sih yang beribet? 😀

  9. 3 Agustus, 2007 pukul 2:49 pm

    ah … another great artikel … langsung print … 🙂

    seperti biasa, mohon dicek, diedit dan disesuaikan dengan tingkat intelektual di sana…

  10. 4 Agustus, 2007 pukul 2:05 am

    Artikel yang menarik dan menambah wawasan. Hasil perenungan ulama yang bagus…

    Sepertinya, penghias ketiga itu perlu untuk terciptanya penghias pertama. Dan penghias pertama bisa mengupayakan terjadinya hiasan kedua. Hiasan kedua bisa diiupayakan dengan ilmu, bisa juga diupayakan dengan do’a (yang juga perlu ilmunya). Tetapi, penghias ketiga tak akan terjadi tanpa dilandasi penghias pertama. Jadinya, hiasan ini adalha siklus yang saling bergantung.

    Btw, “rakhmat” itu sebenarnya apa sih Mr. Kurt? Thank you atas penjelasannya… 😀

    setuju…
    rakhmat itu = kasih sayang…

  11. riza
    4 Agustus, 2007 pukul 9:23 am

    “Allah menghiasi langit dengan tiga hal: matahari bulan dan bintang. Demikian pula bumi dihiasi tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil. “

    Apakah itu hadits?
    klo nggak, kenapa dipilih hujan? bukankah hujan saja tanpa matahari, tanah, dll maka tanaman tidak mampu tumbuh

    Bukan Riza… itu refleksi ulama sama dengan ucapan Einstein atau tokoh2 ilmuwan lain… orang secerdas Anda pasti mengerti maksud postingan ini 🙂

  12. riza
    4 Agustus, 2007 pukul 9:27 am

    “Allah menghiasi langit dengan tiga hal: matahari bulan dan bintang. Demikian pula bumi dihiasi tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil. “

    Apakah itu hadits? HR siapa?

    cuma kata2 ulama…bukan hadits. kenapa kalau berbahasa Arab dicurigai, wong kita sendiri sering juga mengutip kata2 Eisntein, atau para filsuf… gak pernah kan bertanya soheh gak ?? sebabnya yaaa gitu deeech…

  13. 4 Agustus, 2007 pukul 2:21 pm

    Ketiga “hiasan dunia” niscaya membawa membawa maslahat jika terintegrasi, berkesinambungan dan dilandasi keikhlasan, atau setidaknya dilandasi niat tulus.
    Kepincangan di salah satu unsur “hiasan” tersebut, kemaslahatan rasanya sulit didapatkan.

    Kajian kitab klasiknya asoy Pak, sip 🙂

    suwun pak dokter… mbantuin kesimpulannya

  14. 4 Agustus, 2007 pukul 11:24 pm

    perhiasan wanita apa Om? btw, itu hadits ya? sumbernya??? numpang tanya….

    perhiasan wanita … wakeh jeng…. bagi dong jeng buatku.

  15. 7 Agustus, 2007 pukul 12:31 pm

    Tidak perlulah diperdebatkan sumbernya jika ada manfaat yang bisa diambil dan lagi tidak mengandung kebatilan dan mydharat.
    Berbaik sangka sajalah, seperti berbaik sangka pada hadist dhaif “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina”


    sepakat!!

  16. 7 Agustus, 2007 pukul 7:15 pm

    mmmmm….
    mo bilang apalagi ya…
    ga kebagian, semua nya udah duluan ngomong.

    yasudahlah… nonton aja deh


    bilanglah pasti aku tak hilang,
    bilanglah pasti aku tak halang
    bilanglah pasti aku tak berhutang
    bialnglah pasti aku tak menantang
    bilanglah pasti aku akan datang…. 😆

    nonton apa hayoo.. sinetron RATU?? ya Non heheh 🙂

  17. 8 Agustus, 2007 pukul 10:26 am

    hmm..

    pantesan bumi belum keliatan “indah”

    at least bumi indonesia deh..

  18. 10 Agustus, 2007 pukul 8:55 am

    assalamu’alaikum…bagus sekali tulisannya pak…salut…saya setuju tuh kalau di indonesia terdapat pemerintah yg adil, pasti hidup (di indonesia) ini jadi lebih indah…salam

  19. 10 Agustus, 2007 pukul 2:48 pm

    Mampir dari rumah cewektulenslitenanlho liat-liat penghias langit & bumi.

  20. 20 Agustus, 2007 pukul 7:38 pm

    Gus Tub, saya masih tetap belum mengerti hujan sebagai hiasan di bumi. Penjelasan mengenai hujan itu belum bisa membuat saya mengerti. Hehehe… maaf ya. Kalau ilmu dan pemimpin yang adil saya mampu membayangkannya dikit-dikit tetapi kalau hujan sebagai hiasan bumi dengan penjelasan di atas kok saya malah bingung ya.

    Bingung boleh to, Gus Tub? Supaya nggak seperti khutbah Jumat yang nggak boleh ada pertanyaan.

  21. 24 Agustus, 2007 pukul 2:02 pm

    bonde
    kecuali bonde yang blognya ada yang indah2nya..

    iirfan
    wa’alikum salam wr. wb. semoga do’a semoga dari mas Irfan terkabul….

    Dakuw
    cewek tulen yang mana yang dari Jepang itu yaaa.. … (waktu buka, mata ditutup tapi jari dilonggarkan) subhanallah……..

    Kang Kombor
    Kang Kombor tampa gus lebih cool, calm and confident.
    Air sebagai hiasan masa sih masih gelap. di HI aja ada yang bisa menari2 bisa buat mandi dan berendem.. tapi ati2 kesetrum 🙂

  22. maz_riki
    6 Maret, 2008 pukul 11:42 am

    bagus juga artikelnya
    coba cari yang lebih menarik doonk

  23. tikno
    24 Mei, 2008 pukul 9:45 am

    waaaaaaaah saya sangat setuju sekali.dan trims atas ilmunya

  24. 4 April, 2011 pukul 7:47 pm

    apa gunanya langit itu makasih,minta penjelasan yg singkat dan padat,makasih…..

  25. Martinus Andy
    8 September, 2011 pukul 1:13 am

    Kalau dari kajian iptek saya rasa Ragil Bisa nyari di blog lain,gampang kok. Akan tetapi kalau kajian ragil dr segi spiritual,lebih baik Ragil cari di perjanjian lama atau perjanjian baru., bukankah al Quran bukan kitab suci anda??

  26. 19 Oktober, 2011 pukul 6:40 pm

    ragil wulandari :

    apa gunanya langit itu makasih,minta penjelasan yg singkat dan padat,makasih…..

    gunanya untuk melindungi bahaya apa yg ada di bawahnya.. contoh langit2 rumah kekekek

  27. 19 Oktober, 2011 pukul 6:42 pm

    maz_riki :

    bagus juga artikelnya
    coba cari yang lebih menarik doonk

    loh di sini bukan tempatnya kajian ilmiyah tp kajian ngunyah-ngunyah (kajian opini ala santri)

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar