Beranda > Inspirasi, Kajian Kitab, Pengalaman Rohani > Siklus Makanan Rohani

Siklus Makanan Rohani

Warning: Postingan ini untuk kalangan sendiri, rada-rada sok alim.  Sedikit menyinggung permintaan dari Icha di Mesir. Yah namanya juga nulis apa saja lah. Sok-sokan itu memang harus dilatih jangan satu sok saja kan heheh 🙂

——————————————————————————————————————————-

Image PreviewArtinya: “Makan dan minumlah kalian, dari rizki Allah “(Al Qur’an)

Bersyukur kepada Allah swt atas kehebatan-Nya membuat sistem pencernaan makanan di tubuh kita sehingga tidak semua makanan yang masuk menjadi daging dan darah.

Bayangkan jika semua makanan yang masuk ke perut menjadi daging semuanya tanpa ada sisa-sisa makanan yang diurai oleh usus dan dibuang, niscaya pertumbuhan badan manusia tidak terkendali; disamping ukuran tidak terkendali, tidak ada lagi siklus makanan. Singkatnya, setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh kita, yang terpakai hanya sedikit sekali sedangkan yang terbuang sangat banyak. Siklus tersebut berlaku pada sistem pertumbuhan dan perkembangan rohani.

Dalam rohani pun mirip dengan tubuh jasmani: Ia membutuhkan makanan dan minuman; Nutrisi yang masuk tidak semuanya berguna bagi pertumbuhan rohani sehat; Sehingga meskipun banyak mengkonsumsi makanan rohani yang terbuang pun juga banyak, dan yang terpakai pun amat sedikit. Maka bagaimana cara menkonsumi makanan rohani agar terjaga keseimbangannya. Salah satu caranya adalah kita mesti meniru cara makan ala jasmani: makan setiap hari jangan sampai absen; di luar itu, minum yang banyak dan sisanya biasanya ngemil dll.

Dari pengertian di atas, maka surat Al Baqarah: “Makan dan minumlah,” pada kutipan ayat tersebut, bukan saja berlaku untuk makanan jasmani saja, sebab al Qur’an menembus dua dimensi; jasmani dan rohani. Namun sayangnya, dimensi rohani ini jarang disinggung.

Dzikir sebagai Nutrisi Rohani
Dzikir adalah jenis makanan (nutrisi) yang banyak mengandung gizi bagi perkembangan rohani. Boleh jadi membangun kesehatan rohani dengan berdzikir adalah cara yang tepat. Makanan rohani berupa dzikir ini mesti dikonsumsi sebanyak-banyaknya; semakin banyak mengkonsumsi dzikir dan dapat diserap oleh rohani maka semakin sehat pertumbuhan rohani itu sendiri.

Adapun berdzikir yang banyak merupakan perintah langsung Allah swt :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah di waktu pagi dan petang.”

Di dalam Alqur’an perintah berdzikir bebeda dengan perintah beramal. Ketika Allah menyuruh hambanya untuk berdzikir diharuskan dilaksanakan sebanyak-banyaknya seperti ayat tersebut. Namun untuk amal perintahnya menggunakan ungkapan “ahsanu ‘amala” bukan “aktsaru ‘amala”. Mak¬sdnya adalah beramallah dengan sebaik-baiknya bukan dengan perintah beramllah dengan sebanyak-banyaknya. Jadi cukup jelas firman Allah tentang dzikir ini mesti dilaksanakan sebanyak-banyaknya.

Ringan di Lidah
Mengapa dzikir dan tasbih itu dianggap penting padahal kelihatannya mudah dilafalkan dengan lidah namun ternyata Allah sangat menganjurkan hambanya untuk berdzikir. Salah satu contoh tentang lafadz yang mudah diuucapkan dan bernilai tinggi adalah lafadz riwayat Abi hurairah dalam kitab Sunan Bukhori, Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Ada dua kalimat yang mudah diuucapkan de¬ngan lidah tapi menjadi berat di timbangan amal dan dicintai oleh Allah yaitu lafad subhaanallaah wabiha¬mdihii subhanallaahil ‘adziim.

Kalilmat tasbih yang diajarkan Rasulullah saw begitu bernilai di sisi Allah meskipun hanya diucapkan di lidah, dan tasbih tersebut termasuk dzikir kepada Alla swt.

Adapun kaitannya dengan makanan rohani sungguh tepat dzikir ini mesti dikonsumsi dengan sebanyak-banyaknya tanpa hitungan. Karena itu tidak heran para pengamal tasawuf yang berjamaah biasanya disebut thareqat apapun namanya, hobi sekali mengonsumsi dzikir. Sebab ia dianggap makanan rohani yang halalal thoyyiiban, baik ia memakannya melalui ternag-terangan (dzikir dhazar) maupun makan sembunyi-sembunyi (dzikir khafi).

Sebab ia mengetahui mengapa dzikir harus bannyak, karena belajar dari makanan fisik, tidak semmuanya diserap tubuh, maka dzikirpun dilakukn dengana lahap sekali. Karena tidak semua dzikir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan rohani. Jadi sama persis seperti makan nasi, dzikir bagi rohani juga makanan pokok. Ia harus dikonsumsi terus-menerus tanpa melihat waktu dan situasi, selama nafas masih ada maka dzikir selayaknya harus dikonsumsi.

Harus Lahap
Orang yang lapar, biasanya jika menemukan makanan yang siap disantap, dapat dibayangkan orang itu akan lahap sekali. Selayaknya, dalam mengkonsumsi dzikir pun sebagai makanan rohani mesti harus lahap karena hakekatnya kita membutuhkan dzikir untuk makanan rohani.

Di samping harus lahap, cara makannya pun dapat dimasukkan melalui apa saja. Jika makan nasi hanya dengan lidah di mulut, maka mengkonsumsi makanan rohani dari sekujur badan dapat dimasuki: Mulai dari mata bagaimana memasukan makanan rohani melalui mata; dari telinga, bagaimana mendengar sehingga menjadi menu makanan segar bagi pertumbuhan rohani; dari mulut, bagaimana mengunyah makanan rohani sehingga lezat dinikmati; Dari tangan dan kaki, bagaimana sebaiknya berjalan dan bergerak sehingga mendatangkan hikmah bagi rohani. Semua itu sudah jelas shari’at mengaturnya. Tinggal bagaimana kesadaran kita di dalam menghadapi menu makanan tersebut.

Rohani Sehat dan Kuat
Berbeda dengan makanan jasmani, makanan rohani tidak perlu diolah dan dimasak karena langsung bisa dinikmati kapan dan dimana pun berada. Memakannya tidak boleh lepas dalam hitungan detik. Jika hampir dalam setiap detik tidak lepas dari dzikir kepada Allah maka itulah ciri-ciri orang benar-benar taqarub kepada Allah.

Pantaslah para sufi, orang-orang shlihin, para zahidin mereka adalah orang-orang yang sehat dan kuat rohaninya. Sebab mereka sangat kenyang dengan makanan dan minuman rohani. Mereka tidak pernah mubadzir dalam hidup sebab konsep mubadzir bagi mereka bukan membuang makanan seperti kita, tapi mereka berkata mubazir adalah “melewati waktu tanpa ingat kepada Allah”.

Bagi mereka pencernaannyatelah terlatih dengan tajam. Hingga tidak heran, mereka yang sehat, rohaninya, matanya mampu melihat yang tak terlihat, telinganya mampu mendengar yang tak terdengar oleh orang awam. Bahkan dalam kitab Bidayatul Hidayah Allah berfirman melalui hadits qudsi bahwa jika Allah sudah mencintai seorang hamba niscaya Allah melihat melalui mata hamba tersebut, memegang melalui tangannya, mendengar melalui telinganya, dan berjalan melalui kakinya. Subhanallah!

Di antara mereka juga adalah para Wali Allah. Dengan rohaninya yang sehat dan kuat, mereka mampu menembus alam malakut sehingga sifat-sifatnya meniru para malaikat. Ssalah satu sifatnya adalah seperti Firman Allah:

Artinya: “Mereka tidak bermksiat kepada Allah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintah-Nya.”. Wallahu a’lam.

>>>>> dari berbagai sumber

  1. 11 Desember, 2007 pukul 6:08 pm

    Sebenarnya banyak orang yang lapar rohaninya, ya, Mas Kurt, tapi kok banyak yang nggak merasa lapar. Sementara kalau lapar perutnya, biasanya langsung main sambar semua makanan lahiriah yang ada. Makanan rohaniah kok hanya kalangan tertentu saja ya, Mas. Pertanda apa, ini, Mas Kurt?


    >>>> 🙂 hahah kalau rohani memang begitu yaa pak, apa kitanya kudu bikin kaca mata rohani kali yaa biar bisa melihat… ah ini pun kita sudah punya kali hanya kadang2 luap memakai… contohnya saya pak gak usah jauh2 ….

  2. onohaw
    11 Desember, 2007 pukul 6:16 pm

    Dari sudut pandang rohani, apakah juga berlaku prinsip: makanlah bila lapar dan berhentilah sebelum kenyang? Soalnya pernah denger istilah sufi “mabuk rohani”. Apakah juga berbahaya dan berpotensi menimbulkan TBC, Pak Kurt?

    >>> hahaha.. TBC yaa, itukan kata dokter dari sana… dokter disini tidak buru2 bilang TBC .. tapi ah itu mungkin puyeng biasa, pake aja aspirin….. kebanyakan makanan rohani juga mugkin bahaya, contohnya: pada zaman Nabi saw ada seorang pemuda ibadah terus di masjid (maaf wak abdulshomad, ini konteknya lain) terus kemudian ditegur sama salah seorang sahbat agar pergi dari masjid dan bekerjaa yang giat… 🙂

  3. 11 Desember, 2007 pukul 6:36 pm

    Paman Kurt…
    mengenai makanan rohani,
    membaca blog ini bagi saya juga merupakan makanan rohani,
    ah terima kasih…
    *menikmati kembali nyamikan-nyamikan yang ada*

    >>> hahah… pantesan camikan di toplesku habis ooh ternyata paman goop suka nyamikan yaa heheh 🙂
    suwun…

  4. 11 Desember, 2007 pukul 8:15 pm

    Jika jasmaniah kita bisa merasakan kenyang jika sudah makan cukup, apakah kita juga merasakan kenyang rohaniah jika cukup makanan rohaniah?
    Bahaya ya kalau kita merasakan kenyang makanan rohaniah…bisa2 kita tidak makan lagi sebelum merasa lapar :mrgreen:

    >>> hahah sepertinya teori yang mengatakan bahwa segala sesuatu kalau berlebih itu bikin penyakit … contohnya ngeblog berlebihan juga … makanya kang deKing sekarang jarang ngeblog… apakah itu berarti mengenyangkan rohani ?? 🙂 ah saya jadi malu sendiri..

  5. Dee
    11 Desember, 2007 pukul 8:46 pm

    Santapan yang sungguh lezat kang Kurt, sampai glegeken nih

    >>> glegekan… 🙂 apapun glegekannya terima kasih sudah mampir..

  6. 11 Desember, 2007 pukul 9:05 pm

    masih laper nih..kurang santapannya..

    >>> tinggal minta nambah sama mbak yu yang jaganya mas Imam… 🙂

  7. 11 Desember, 2007 pukul 10:44 pm

    Ass,wah baru buka blog pak Kurt udah di suguhi santapan rohani bagus juga buat saya nih pak yang lagi hamil biar anak saya didalam ikut santap tulisan pak Kurt hehehe ok pak makasih nih.
    Wassalam.


    >>> duh jadi malu, maksudnya sih buat nyantap sendiri mbak fira… 🙂 Ohyaa lagi hamil tah.. duuh iyaa bu, semoga jadi anak soleh/solehah yaa
    *sok ndoain* padahal doa sendiri belum fasih…

  8. 12 Desember, 2007 pukul 10:46 am

    Mmmmm banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh makanan, dan kita mungkin juga tak pandai mensyukuri apa yang sudah kita dapat hari ini untuk kita makan. Tulisan bagus Pak, salam kenal

    >>> makasih mampir, tulisan Unai juga tak kalah menggugahnya

  9. 12 Desember, 2007 pukul 1:35 pm

    Makasih, tapi masih pengen nambah nih. Boleh ga? Lihat dulu ah menu yang lain.

    >>> hahah silahkan dengan semua pintu gak terkunci… kalau gak ada orang sikat aja bleh! (ngutip dialog unyil loh pak) 🙂

  10. 12 Desember, 2007 pukul 4:51 pm

    boleh minta menu nya mas??

    >>> apa nuku mau diminta? heheh 🙂

  11. 12 Desember, 2007 pukul 5:48 pm

    nice post mas
    jarang-jarang ada yang mengingatkan keberadaan makanan yang dibutuhkan jasad dan ruh

    mungkin karena manusia terlalu sulit membaca hakikat (atau sebenarnya ga mau mencoba), melihat esens dan bukan sekedar bungkusnya
    *waduh koq tiba-tiba palaku jadi mumet yah*

    >>> makasih. Wah apalagi saya malam ini bener2 mumet beneran … gak bisa konek2 internetnya gara2 air.. 🙂

  12. 12 Desember, 2007 pukul 6:30 pm

    Jadi ingat, ndak pernah dzikir…. 😦

    >>> Mas Mbel kok tahu sih kalau saya itu ndah biasa dzikir…

  13. 12 Desember, 2007 pukul 6:31 pm

    Ya ampyuuuunnnn

    Mbok yao setelan avatar nya digedein….

    >>> siap bos, besok tak ganti lagi themenya.. soalnye sudah dari sononya..

  14. 12 Desember, 2007 pukul 8:04 pm

    @mbelgedez: yaudah dzikir aja sekarang atuh…

    >>> dasar Mbel itu mbeling, jadi dzikirnya gak kelihatan mas Kamal

  15. 12 Desember, 2007 pukul 8:42 pm

    jadi inget banyak dosa tapi kurang bertaubat dan sering lupa berdoa…

    >>> jadi inget punya teman baik di semarang.. 🙂

  16. 12 Desember, 2007 pukul 9:08 pm

    Saya lapar rohani. Makanya, sering datang ke rumah Pak Kurt menyantap makanan yang tersaji di pintu rumah yang teduh ini.

    Dzikir itu beramal ya, Pak? Sufi itu apa, Pak Kurt? Maaf ya, benar-benar belum ngerti tentang itu.

    >>> waah ci Hanna ada2 aja mau makan rohani…
    Dzikir bahasa Arab artinya “ingat” sama Tuhan… jadi amal bukan yaa… yaa sperti nafas kali dan sufi itu sering dikatikan dengan banyaknya ingat sama Tuhan… atau banyak dzikir.. tapi itu hanya info secuil.. sebab banyak yang lebih ngerti..

  17. 13 Desember, 2007 pukul 12:30 am

    salam…

    >>> makasih … mampir

  18. 13 Desember, 2007 pukul 8:28 am

    Makasih ya, Pak Kurt, sedikit penjelasannya.

  19. zal
    14 Desember, 2007 pukul 7:36 pm

    ::pak kurt::
    emang benar-benar Kyai nich…, 😆

  20. 15 Juli, 2008 pukul 11:18 am

    ismulhaq.com

  1. 11 Desember, 2007 pukul 6:31 pm
  2. 12 Desember, 2007 pukul 12:08 pm

Tinggalkan komentar