Pusing Mengurus Anak Pesantrenkan Saja
Banyak yang beranggapan bahwa menghadapi kondisi zaman sekarang sangat dilematis. Satu sisi, para orang tua percaya bahwa anak-anaknya akan tumbuh dengan baik dan kelak menjadi anak yang sholeh. Di sisi lain, sekolah yang selama ini diunggulkan lebih mengutamakan sisi kognitif saja sedangkan sisi afektif, sikap dan akhlak dijadikan nomor sekian.
Medium tempat belajar kedua bagi anak adalah keluarga. Saat ini tidak jarang orang tua yang supersibuk mengurusi berbagai kepentingan bisnis atau urusan sosial. Karenanya, banyak anak-anaknya dipercayakan kepada guru ngaji yang datang ke rumah atau si anak mengaji di surau, masjid dan tempat-tempat pengajian seperti Taman Pendidikan Al Quran.
Ketika Petani Dizolimi
Oleh Muhamad Kurtubi
Dulu di Pondok Buntet Pesantren para kyai memiliki sawah. Rata-rata setiap tahun panen 3 kali. Para santri biasanya terlibat dalam penanganan pasca panen itu. Setelah itu nasi liwet ditanak sendiri menggunakan beras pemberian kyai rasanya wangi pulen dan empuk. Tapi kini bukan saja para kyai tapi juga para keluarga petani lainnya sudah tidak tertarik lagi bertani?
Mendambakan Front Penyejuk Islam “(FPI)”
Siapa bilang Islam itu seperti yang dikenalkan oleh saudara-saudara dari FPI (Front Pembela Islam) dan para laksar di belakangnya. Islam yang “beraneka ragam” cara pandang ternyata ada satu jenis Islam yang menyejukkan. Salah satunya saya temukan dari posting kang Imam Brotoseno dan satu lagi dari kawan senior saya di situs buntetpesantren.org.
“Bacalah!” dimana Semangatmu?
Bacalah! dengan nama Tuhanmu yang menciptakan… Wahyu pertama al quran surat al Alaq ini sifatnya umum, berlaku bagi siapa saja dan kalangan mana saja. Namun sepertinya kurang diminati oleh penduduk Indonesia pada umumnya yang mayoritas muslim.
Ironisnya diimani oleh bangsa-bangsa (negara) maju. Sebab di sini, tingkat minat baca berdasar penelitian di Jawa Barat baru-baru ini ada 1:45 (satu koran dibaca untuk 45 orang). Jauh di bawah Filipina dan Sri Lanka.
Dengan dua negara Asia saja negara kita masih kalah apalagi negara maju seperti USA dan Jepang. Memang ada korelasi antara minat baca dan kemajuan bangsa. Menurut sumber data dari media, di Jepang jumlah tiras koran yang dibaca mencapai 1 juta perhari sementara di Amerika 2.8 juta per hari. Tetapi Indonesia masih mending karena ada dua negara di bawah Indonesia yaitu Laos dan Kamboja.
Di Sri Lanka, minat baca masyarakat terhadap media cetak 1:38 dan Filipina 1:30.Idealnya,untuk ukuran penduduk Indonesia yang tergolong besar ini satu media cetak dibaca sepuluh orang atau 1:10 tapi kenyataanya 1:45. Pantas saja jika media massa di negara kita kurang menggembirakan.
Buntet Pesantren di Bawah Bayang-Bayang Konflik Agama
Bergemuruhlah dada kang Cecep, panggilan akrab KH. Cecep Nizomuddin salah satu kyai pengasuh Pondok Buntet Pesantren di Asrama Al Muttaba. Sebab beliau diminta menengahi konflik SARAP (suku, agama, ras, antar golongan & partai) di bagian wilayah republik ini. Tepatnya di daerah dekat Atambua Propinsi Timor Barat, perbatasan Timor Timur. Tapi alhamdulillah, Pendeta dan Romo di sana berterima kasih kepada kyai ini setelah dipertemukan.
Mumpung masih dalam moment “Maulid Nabi Isa as” maka postingan ini saya ungkap ke publik. Meski primordial tapi bernilai nasional menirukan semangat sang fenomenal: Kang Peyek 🙂 .
Update: Selamat Natal Versi Al Quran?
Warning: Maaf postingan ini hanya catatan kegelisahan saya pribadi karena selama ini mendapat informasi linier tentang ajaran agama entah darimana yaitu kebencian pada non muslim dari kecil. Mumpung bisa ngeblog dan banyak informasi tinggal copy paste, maka apa sih liku-liku natal itu juga bagaimana quran menyikapinya. Mohon yang lain jangan terpengaruh Ndobos saya ini. Please deh ah..
Bismillahirrahmanirrahim
“Dan salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku (Isa: Jesus), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan meninggal dan pada hari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam: 33).
Enterpreneur Jiwa
Hanya berupa postingan curhat yang kepanjangan. Bersifat primordial dan untuk lingkungan sendiri.
Yang tak Bisa Berbisnis Gigit Jari Saja… (2)Sebagaimana artikel kemarin, 90% rezeki itu dikuasai oleh pedagang dan petani. Itu adalah ungkapan Rasulullah saw. Faktanya, negara yang banyak menjalani itu, menjadi “berkah” negaranya. Tetapi bisakah bagi yang bukan pedagang/petani mampu berjiwa enterpreneur?
Di penghujung tahun 2007, Ekonomi merupakan titik terlemah pemerintah. Di sini menurut, pemerintah gagal membangun optimisme rakyat, apalagi mewujudkan kesejahteraaan yang pernah dijanjikan. Bidang ekonomi ini kemudian dinilai sebagai titik terlemah kinerja pemerintah saat ini. (di kemukakan oleh Zulkifli Hasan, Ketua Fraksi PAN – Kompas, Selasa, 18 Desember 2007).
Setiap tahun Indonesia melahirkan 750.000 lebih sarjana menganggur. Di sisi lain, jumlah wirausahwan di Inonesia hanya sekitar 0,08% jumlah penduduk. Itu sebabnya ke depan bagi Indonesia adalah keharusan melibatkan lebih banyak wirausahawan muda. (Disampaikan oleh Ciputra, penerima penghargaan Erst and Young Enterpreneur of the Year (EOY) 2007 – )
Yang tak Bisa Bisnis Gigit Jari Saja (1)
“90% Rezeki itu dipegang pedagang dan petani.” Sabda Nabi saw yang pendek itu tertera dalam buku “Etika hidup dan beragama” terbitan Kairo, Mesir. Rupanya, pesan pendek Nabi saw itu justru diikuti oleh negara-negara yang kini menggiati perdagangan dan pertanian. Sementara negara muslim seperti Indonesia rupanya lebih tertarik pada masalah “asesoris” agama. Karenanya, siap-siap saja yang tidak tertarik berbisnis dan bertani, gigit jari saja. 🙂
Pernyataan “big bos” kita ini siapa yang berani menentangnya. Sebab kenyataan sehari-hari memang demikian adanya. Bahwa pribadi atau bangsa secara komunal, bila memiliki kemampuan ilmu dagang atau bertani kemudian dijalankan, tidak heran kemudian bangsa dan negaranya berkelimpahan rezeki.
Komentar