Buntet Pesantren di Bawah Bayang-Bayang Konflik Agama
Bergemuruhlah dada kang Cecep, panggilan akrab KH. Cecep Nizomuddin salah satu kyai pengasuh Pondok Buntet Pesantren di Asrama Al Muttaba. Sebab beliau diminta menengahi konflik SARAP (suku, agama, ras, antar golongan & partai) di bagian wilayah republik ini. Tepatnya di daerah dekat Atambua Propinsi Timor Barat, perbatasan Timor Timur. Tapi alhamdulillah, Pendeta dan Romo di sana berterima kasih kepada kyai ini setelah dipertemukan.
Mumpung masih dalam moment “Maulid Nabi Isa as” maka postingan ini saya ungkap ke publik. Meski primordial tapi bernilai nasional menirukan semangat sang fenomenal: Kang Peyek 🙂 .
Menguak Tradisi Berkah
WARNING: Postingan ini cukup panjang; terlalu berbau pesantren. Banyak huruf hijaiyahnya. Tulisan ini jawaban atas pertanyaan seorang alumni Buntet di sebuah kota nun jauh di sana. Karena jawabanya panjang belum sempat mengedit. Jadi masih apa adanya. Maksud hati mau meneruskan postingan tentang Satanic Strategy tapi gagal, karena kerjaan utak-atik kabel hari ini begitu melelahkan. Hingga ada bahasan poligami yang menarik dari Kang Edo belum sempat dinikmati (bukan poligaminya tapi tulisannya).
——————————————————————————
Sebetulnya saya tidak mengerti tentang berkah, barokah atau keberkahan. Meskipun ngendon di pesantren cukup lama; tapi karena lebih banyak molor dari pada mulurnya dan banyakan males kalau ngaji kitab, ya begini nih akibatnya. Ditanya tentang berkah nyaho.com jawabanya. Tapi meski nyahoo.com tulisan ini bisa diarsipkan.. (stop menghabiskan benwidth orang saja.. ayo kembali ke topik, maaf kawan stressing kerjaan hari benar2 menguras cairan tubuh 🙂 ).
Komentar